“…tulislah apa yang harus dibaca orang,
bukan
apa yang ingin dibaca orang.”
(Tere
Liye)
Bagi mereka yang memakai blognya untuk mencari uang, jumlah
pengunjung merupakan salah isu yang sensitif. Seperti yang kita tahu, meski
tidak selalu menjadi faktor penentu, jumlah pengunjung blog bisa mempengaruhi
trafik sebuah blog. Semakin sering blog dikunjungi, semakin sering duit masuk rekening.
Itu cerita mereka yang sudah memonetisasi blog-nya. Sementara
saya, dengan blog ini, tidak terlalu memusingkan urusan semacam itu. Boleh
dibilang, saya cuma ngeblog untuk sambilan saja. Boleh juga dikatakan saya ngeblog
dengan malas. Saking malasnya, saya sering menelantarkan blog ini dalam kondisi
hiatus selama berminggu-minggu.
Jika saya memonetisasi atau menguangkan blog ini, maka
saya akan terbebani dengan berbagai tuntutan seperti tuntutan menyajikan konten
yang berkualitas, tekun meng-update
informasi, menjaga trafik dan jumlah
pengunjung, serta mengurus berbagai hal lain yang berkaitan dengan blog. Tentu saja
hal-hal semacam itu merepotkan saya yang sejak awal hanya menjadikan blog
sebagai “pelarian penyakit”.
Karena itu, daripada pusing-pusing memikirkan trafik dan
tetek bengek lainnya, saya lebih memilih menjadikan blog ini sebagai kumpulan
catatan pribadi saya. Karena sifatnya catatan pribadi, maka sebagian besar konten
blog ini berbicara tentang saya, atau membahas sesuatu dari perspektif saya.
Niatnya, sih, blog ini bisa bermanfaat
bagi pembacanya (meski sejujurnya masih jauh dari harapan).
Saya tertarik untuk mengabadikan pemikiran-pemikiran saya
melalui blog. Hal ini jauh lebih mudah dibanding kita menuangkannya dalam bentuk
buku. Untuk membuat buku, terkadang kita harus melewati serangkaian prosedur pelik,
mulai dari menyerahkan naskah, bertemu editor, ngedit, menunggu berbulan-bulan
sampai ke konfirmasi penertiban penerbitan. Bandingkan dengan blog yang
memberi banyak kemudahan serta efisiensi waktu dan biaya. Blog dapat menghapus
batas-batas Sebuah buku boleh jadi rusak, hilang, atau tidak dikembalikan teman
yang meminjam. Sementara blog, selama blog itu tidak diretas, tidak diblok, atau
tidak dihapus pemiliknya, maka selama itu pula blog akan menetap dan bisa ditemukan
di internet via mesin pencari.
Karena tujuannya ingin mengabadikan pemikiran-pemikiran
kita melalui blog, maka kita tidak bisa sembarangan membuat kontennya.
Prinsipnya: “Kalau kau ingin menjadi
penulis, maka tulislah apa yang harus
dibaca orang, bukan apa yang ingin
dibaca orang.”
Menulis apa yang harus
dibaca orang tentu berbeda dengan menulis apa yang ingin dibaca orang. Menulis apa yang harus dibaca orang mengharuskan kita untuk menulis sesuatu
yang memang penting untuk diketahui dan dibaca orang lain. Itu berarti, tulisan
kita harus mampu memberikan nilai manfaat bagi pembacanya.
Sementara menulis apa
yang ingin dibaca orang, mengharuskan kita menulis sesuatu yang bersesuaian
dengan selera pembacanya. Dengan prinsip ini, boleh jadi tulisan kita akan
laris manis, tapi di sisi lain, penulis terkesan “disetir” oleh selera pembacanya.
Jika selera pembacanya menye-menye, maka
tulisan yang dihasilkan akan menye-menye.
Sebaliknya, jika selera pembacanya keren, bermutu, edukatif, maka tuntutan
untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas pun menjadi sebuah keharusan.
Sejauh saya blogwalking,
saya sering menjumpai artikel blog yang bagus. Artikel tersebut tidak hanya
informatif tapi juga mampu menginspirasi pembacanya. Blog yang berisikan
artikel semacam itu (bagi saya) cenderung lebih berkesan. Saya juga pernah nyasar ke blog-blog komedi yang
kebanyakan bercerita tentang pengalaman kocak penulisnya. Beberapa artikel di blog
itu memang bisa membuat pembaca terhibur, tapi efeknya temporer sekali—sekedar “Hahaha” tanpa kesan dan hilang begitu
saja.
* * *
Jika saya mau, bisa saja saya mempermak blog ini menjadi blog
remaja, yang membahas tema “percintaan.” Tentu saja tema semacam itu lebih
ramai di kalangan remaja. Karena topiknya tentang “percintaan”, boleh jadi saya
akan menulis tentang pengalaman saya jatuh cinta, mulai dari yang romantis sampai
yang absurd. Mungkin juga saya akan menulis artikel-artikel nyeleneh seperti: Tips-Tips Mencari Gebetan, Taktik
Nembak yang Benar, Tips Kencan Menyenangkan, Cara Nikung Pacar Orang, sampai
Tips Pedekate Sama Kakak Kelas. Jika
sudah begitu, hanya menunggu waktu sampai archive
blog saya dijejali artikel-artikel “nakal” yang menggoda pengunjung untuk meng-klik-nya
(tentu saja topik semacam ini tidak akan saya ambil, karena saya khawatir akan disalahartikan).
Ada kemungkinan, blog saya akan jauh lebih ramai jika
saya menulis tentang konten-konten remaja semacam itu. Tapi karena blog ini
hanya bersifat “selingan”, saya tidak terlalu terobsesi untuk memonetisasinya (menjadikan
blog ini sebagai “mesin uang”). Karenanya, saya tidak akan terlalu khawatir seandainya
blog ini sepi pengunjung. Ada atau tidaknya pengunjung tidak akan mempengaruhi
kebebasan saya dalam menulis.
Andai blog saya bermanfaat bagi pembacanya, maka saya
anggap itu bonus. Setidaknya saya senang karena blog saya masih eksis, sampai-sampai
orang dari antah berantah bisa nyasar ke
blog ini. Sekalipun saya sudah tiada, pemikiran-pemikiran saya telah
terdokumentasi melalui blog ini. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, selama
blog ini eksis di internet, selama itu pula tulisan-tulisan saya bisa dibaca
siapapun.
Bukankah menyenangkan jika tulisan kita bisa
menginspirasi banyak orang sekalipun kita sudah tidak lagi di dunia? Sekali
lagi, seperti kata Tere Liye: “…..tulislah apa yang harus dibaca orang, bukan apa yang ingin dibaca orang.” Dengan
begitu, iktikad kita dalam menulis menjadi lebih bermakna dan tidak sia-sia. []
0 comments:
Post a Comment