Subscribe:

Labels

Tuesday 10 May 2016

Blog yang Sepi


…tulislah apa yang harus dibaca orang,
bukan apa yang ingin dibaca orang.
(Tere Liye)

Bagi mereka yang memakai blognya untuk mencari uang, jumlah pengunjung merupakan salah isu yang sensitif. Seperti yang kita tahu, meski tidak selalu menjadi faktor penentu, jumlah pengunjung blog bisa mempengaruhi trafik sebuah blog. Semakin sering blog dikunjungi, semakin sering duit masuk rekening.

Itu cerita mereka yang sudah memonetisasi blog-nya. Sementara saya, dengan blog ini, tidak terlalu memusingkan urusan semacam itu. Boleh dibilang, saya cuma ngeblog untuk sambilan saja. Boleh juga dikatakan saya ngeblog dengan malas. Saking malasnya, saya sering menelantarkan blog ini dalam kondisi hiatus selama berminggu-minggu.

Jika saya memonetisasi atau menguangkan blog ini, maka saya akan terbebani dengan berbagai tuntutan seperti tuntutan menyajikan konten yang berkualitas, tekun meng-update informasi, menjaga trafik dan jumlah pengunjung, serta mengurus berbagai hal lain yang berkaitan dengan blog. Tentu saja hal-hal semacam itu merepotkan saya yang sejak awal hanya menjadikan blog sebagai “pelarian penyakit”.

Karena itu, daripada pusing-pusing memikirkan trafik dan tetek bengek lainnya, saya lebih memilih menjadikan blog ini sebagai kumpulan catatan pribadi saya. Karena sifatnya catatan pribadi, maka sebagian besar konten blog ini berbicara tentang saya, atau membahas sesuatu dari perspektif saya. Niatnya, sih, blog ini bisa bermanfaat bagi pembacanya (meski sejujurnya masih jauh dari harapan).

Saya tertarik untuk mengabadikan pemikiran-pemikiran saya melalui blog. Hal ini jauh lebih mudah dibanding kita menuangkannya dalam bentuk buku. Untuk membuat buku, terkadang kita harus melewati serangkaian prosedur pelik, mulai dari menyerahkan naskah, bertemu editor, ngedit, menunggu berbulan-bulan sampai ke konfirmasi penertiban penerbitan. Bandingkan dengan blog yang memberi banyak kemudahan serta efisiensi waktu dan biaya. Blog dapat menghapus batas-batas Sebuah buku boleh jadi rusak, hilang, atau tidak dikembalikan teman yang meminjam. Sementara blog, selama blog itu tidak diretas, tidak diblok, atau tidak dihapus pemiliknya, maka selama itu pula blog akan menetap dan bisa ditemukan di internet via mesin pencari.

Karena tujuannya ingin mengabadikan pemikiran-pemikiran kita melalui blog, maka kita tidak bisa sembarangan membuat kontennya. Prinsipnya: “Kalau kau ingin menjadi penulis, maka tulislah apa yang harus dibaca orang, bukan apa yang ingin dibaca orang.

Menulis apa yang harus dibaca orang tentu berbeda dengan menulis apa yang ingin dibaca orang. Menulis apa yang harus dibaca orang mengharuskan kita untuk menulis sesuatu yang memang penting untuk diketahui dan dibaca orang lain. Itu berarti, tulisan kita harus mampu memberikan nilai manfaat bagi pembacanya.

Sementara menulis apa yang ingin dibaca orang, mengharuskan kita menulis sesuatu yang bersesuaian dengan selera pembacanya. Dengan prinsip ini, boleh jadi tulisan kita akan laris manis, tapi di sisi lain, penulis terkesan “disetir” oleh selera pembacanya. Jika selera pembacanya menye-menye, maka tulisan yang dihasilkan akan menye-menye. Sebaliknya, jika selera pembacanya keren, bermutu, edukatif, maka tuntutan untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas pun menjadi sebuah keharusan.

Sejauh saya blogwalking, saya sering menjumpai artikel blog yang bagus. Artikel tersebut tidak hanya informatif tapi juga mampu menginspirasi pembacanya. Blog yang berisikan artikel semacam itu (bagi saya) cenderung lebih berkesan. Saya juga pernah nyasar ke blog-blog komedi yang kebanyakan bercerita tentang pengalaman kocak penulisnya. Beberapa artikel di blog itu memang bisa membuat pembaca terhibur, tapi efeknya temporer sekali—sekedar “Hahaha” tanpa kesan dan hilang begitu saja.

*   *   *

Jika saya mau, bisa saja saya mempermak blog ini menjadi blog remaja, yang membahas tema “percintaan.” Tentu saja tema semacam itu lebih ramai di kalangan remaja. Karena topiknya tentang “percintaan”, boleh jadi saya akan menulis tentang pengalaman saya jatuh cinta, mulai dari yang romantis sampai yang absurd. Mungkin juga saya akan menulis artikel-artikel nyeleneh seperti: Tips-Tips Mencari Gebetan, Taktik Nembak yang Benar, Tips Kencan Menyenangkan, Cara Nikung Pacar Orang, sampai Tips Pedekate Sama Kakak Kelas. Jika sudah begitu, hanya menunggu waktu sampai archive blog saya dijejali artikel-artikel “nakal” yang menggoda pengunjung untuk meng-klik-nya (tentu saja topik semacam ini tidak akan saya ambil, karena saya khawatir akan disalahartikan).

Ada kemungkinan, blog saya akan jauh lebih ramai jika saya menulis tentang konten-konten remaja semacam itu. Tapi karena blog ini hanya bersifat “selingan”, saya tidak terlalu terobsesi untuk memonetisasinya (menjadikan blog ini sebagai “mesin uang”). Karenanya, saya tidak akan terlalu khawatir seandainya blog ini sepi pengunjung. Ada atau tidaknya pengunjung tidak akan mempengaruhi kebebasan saya dalam menulis.

Andai blog saya bermanfaat bagi pembacanya, maka saya anggap itu bonus. Setidaknya saya senang karena blog saya masih eksis, sampai-sampai orang dari antah berantah bisa nyasar ke blog ini. Sekalipun saya sudah tiada, pemikiran-pemikiran saya telah terdokumentasi melalui blog ini. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, selama blog ini eksis di internet, selama itu pula tulisan-tulisan saya bisa dibaca siapapun.


Bukankah menyenangkan jika tulisan kita bisa menginspirasi banyak orang sekalipun kita sudah tidak lagi di dunia? Sekali lagi, seperti kata Tere Liye:  “…..tulislah apa yang harus dibaca orang, bukan apa yang ingin dibaca orang.” Dengan begitu, iktikad kita dalam menulis menjadi lebih bermakna dan tidak sia-sia. []

0 comments:

Post a Comment