“Aku
perlu tahu musuh seperti apa yang kuhadapi agar aku bisa mencari tahu
bagaimana cara
mengalahkannya sebelum dia mengalahkanku…”
(Hatake Niwa)
*Penting
diketahui bahwa tulisan ini tidak bermaksud memberikan pendangan ilmiah. Semua murni
hasil interpretasi dan pengalaman penulis (saya) sendiri saat berkutat dengan
skripsi. Karenanya, jangan sampai tulisan saya ini ditelan bulat-bulat tanpa
disaring dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Jangan pula dicomot
untuk menambah daftar pustaka karena blog adalah referensi paling rendah dalam strata
kesahihannya. Ambil positifnya, buang negatifnya. Simpel.
Seorang
dokter yang ingin melakukan operasi tentu harus belajar tentang anatomi tubuh
manusia terlebih dahulu. Begitu pula Seorang arsitek yang ingin membuat
bangunan pencakar langit, harus memiliki banyak data tentang profil tanah dan
lokasi tempat bangunan yang akan dibangunnya. Tujuannya sama, agar dokter dan arsitek dapat
membuat rencana terbaik demi keberhasilan pekerjaannya.
Dalam
menghadapi tugas akhir skripsi, mahasiswa semester akhir pun begitu (agar lebih
mudah saya akan memakai sudut pandang ‘kita’).
Mengerjakan
skripsi tidak sama dengan membangun candi semalam jadi. Perencanaan yang matang
dan usaha keras yang konsisten dapat menjadi katalisator yang mempercepat
penyelesaian skripsi. Seperti halnya dokter dan arsitek di atas, kita pun membutuhkan
rencana matang agar skripsi kita tidak menjadi biang penunda haid hari wisuda kita.
Setidaknya
ada 7 hal/faktor yang bisa menjadi penentu kelancaran skripsi. Kelima faktor itu
yaitu:
1. Dosen Pembimbing
Memahami
karakteristik dosen pembimbing (dosbing) adalah keharusan. Cari tahu jadwal
kerjanya, jam berapa beliau ngantor, bagaimana cara menemuinya, tipikal
bimbingannya bagimana, perfeksionis atau iso
diajak santai, dan yang terpenting jenis penelitian apa yang disukainya. Bukan
berarti kita harus mengkepo dosen pembimbing (dosbing) hingga menyadap smartphone-nya. Tak perlu sejauh itu. Cukup
mengkepo hal-hal yang terkait langsung dengan skripsi. Dalam hal ini, ada
baiknya kita bersekutu dengan kakak angkatan yang sudah lebih dulu mengenal
dosbing. Semakin banyak informasi yang kita tahu tentang dosbing kita, semakin siap
kita menghadapi berbagai ‘bencana mental’ selama mengerjakan skripsi kelak.
2. Jenis Penelitian
Di poin 1
sudah disebutkan penting utuk mengorek informasi tentang jenis penelitian apa
yang disukai dosbing. Buat apa? Masing-masing dosbing memiliki idealisme yang
berbeda. Dosen yang satu sangat mungkin berbeda dengan dosen lainnya. Jika kita
mengajukan jenis/judul penelitian yang disukai dosbing, kita akan lebih mudah mendapat
support darinya. Ini modal penting
kita saat menghadapi sidang nanti. Dosbing kita bisa berperan menjadi ‘pengacara’
ketika argumen kita mengalami kebuntuan. Alih-alih jika kita ‘ngeyel’ memakai jenis penelitian yang
tidak direstui dosbing. Sudah dikasih tahu penelitian kita bermasalah, kita
malah kepala batu. Alhasil skripsi ditelantarkan, saat sidang dosbing memilih
pasang badan. Salah siapa?
3. Ketersediaan Referensi
Pastikan
judul skripsi yang kita pilih memiliki referensi yang cukup. Referensi ini bisa
berupa buku ataupun contoh-contoh skripsi kakak kelas. Hati-hati dengan skripsi
yang belum jelas ketersediaan referensinya. Boleh jadi judul skripsi kita
keren, original, belum pernah dibuat mahasiswa lain sebelumnya—tapi giliran
ditanya referensi malah kelabakan. Sadar diri-lah dengan kemampuan kita. Jika kita
merasa punya cukup amunisi referensi dan otak yang encer, take it. Tapi jika kita mahasiswa kupu-kupu yang asing dengan perpustakaan,
bermain aman bukanlah dosa. Tak usah sungkan jika ingin ganti judul. Daripada permasalahan
referensi mengakibatkan sembelit di kemudian hari. Ini serius. Beberapa teman
saya terkendala referensi hingga beberapa kali ganti judul. Putuskan di awal, agar
tidak menyesal belakangan.
.
.
.
.
lanjut ke sini
0 comments:
Post a Comment