Subscribe:

Labels

Wednesday 17 June 2015

Hal-Hal yang Bisa Menentukan Kelancaran Skripsi (1)

Aku perlu tahu musuh seperti apa yang kuhadapi agar aku bisa mencari tahu
bagaimana cara mengalahkannya sebelum dia mengalahkanku…
(Hatake Niwa)

*Penting diketahui bahwa tulisan ini tidak bermaksud memberikan pendangan ilmiah. Semua murni hasil interpretasi dan pengalaman penulis (saya) sendiri saat berkutat dengan skripsi. Karenanya, jangan sampai tulisan saya ini ditelan bulat-bulat tanpa disaring dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Jangan pula dicomot untuk menambah daftar pustaka karena blog adalah referensi paling rendah dalam strata kesahihannya. Ambil positifnya, buang negatifnya. Simpel.

Seorang dokter yang ingin melakukan operasi tentu harus belajar tentang anatomi tubuh manusia terlebih dahulu. Begitu pula Seorang arsitek yang ingin membuat bangunan pencakar langit, harus memiliki banyak data tentang profil tanah dan lokasi tempat bangunan yang akan dibangunnya.  Tujuannya sama, agar dokter dan arsitek dapat membuat rencana terbaik demi keberhasilan pekerjaannya.

Dalam menghadapi tugas akhir skripsi, mahasiswa semester akhir pun begitu (agar lebih mudah saya akan memakai sudut pandang ‘kita’).

Mengerjakan skripsi tidak sama dengan membangun candi semalam jadi. Perencanaan yang matang dan usaha keras yang konsisten dapat menjadi katalisator yang mempercepat penyelesaian skripsi. Seperti halnya dokter dan arsitek di atas, kita pun membutuhkan rencana matang agar skripsi kita tidak menjadi biang penunda  haid  hari wisuda kita.

Setidaknya ada 7 hal/faktor yang bisa menjadi penentu kelancaran skripsi. Kelima faktor itu yaitu:

1. Dosen Pembimbing
Memahami karakteristik dosen pembimbing (dosbing) adalah keharusan. Cari tahu jadwal kerjanya, jam berapa beliau ngantor, bagaimana cara menemuinya, tipikal bimbingannya bagimana, perfeksionis atau iso diajak santai, dan yang terpenting jenis penelitian apa yang disukainya. Bukan berarti kita harus mengkepo dosen pembimbing (dosbing) hingga menyadap smartphone-nya. Tak perlu sejauh itu. Cukup mengkepo hal-hal yang terkait langsung dengan skripsi. Dalam hal ini, ada baiknya kita bersekutu dengan kakak angkatan yang sudah lebih dulu mengenal dosbing. Semakin banyak informasi yang kita tahu tentang dosbing kita, semakin siap kita menghadapi berbagai ‘bencana mental’ selama mengerjakan skripsi kelak.

2. Jenis Penelitian
Di poin 1 sudah disebutkan penting utuk mengorek informasi tentang jenis penelitian apa yang disukai dosbing. Buat apa? Masing-masing dosbing memiliki idealisme yang berbeda. Dosen yang satu sangat mungkin berbeda dengan dosen lainnya. Jika kita mengajukan jenis/judul penelitian yang disukai dosbing, kita akan lebih mudah mendapat support darinya. Ini modal penting kita saat menghadapi sidang nanti. Dosbing kita bisa berperan menjadi ‘pengacara’ ketika argumen kita mengalami kebuntuan. Alih-alih jika kita ‘ngeyel’ memakai jenis penelitian yang tidak direstui dosbing. Sudah dikasih tahu penelitian kita bermasalah, kita malah kepala batu. Alhasil skripsi ditelantarkan, saat sidang dosbing memilih pasang badan. Salah siapa?

3. Ketersediaan Referensi
Pastikan judul skripsi yang kita pilih memiliki referensi yang cukup. Referensi ini bisa berupa buku ataupun contoh-contoh skripsi kakak kelas. Hati-hati dengan skripsi yang belum jelas ketersediaan referensinya. Boleh jadi judul skripsi kita keren, original, belum pernah dibuat mahasiswa lain sebelumnya—tapi giliran ditanya referensi malah kelabakan. Sadar diri-lah dengan kemampuan kita. Jika kita merasa punya cukup amunisi referensi dan otak yang encer, take it. Tapi jika kita mahasiswa kupu-kupu yang asing dengan perpustakaan, bermain aman bukanlah dosa. Tak usah sungkan jika ingin ganti judul. Daripada permasalahan referensi mengakibatkan sembelit di kemudian hari. Ini serius. Beberapa teman saya terkendala referensi hingga beberapa kali ganti judul. Putuskan di awal, agar tidak menyesal belakangan.
.
.
.
lanjut ke sini

0 comments:

Post a Comment