Subscribe:

Labels

Monday 25 May 2015

3 Alasan yang Membuat Film Superhero Menarik untuk Ditonton

Maaf kalau judulnya terlalu mengintimidasi. Ini murni soal selera. Jadi jangan hakimi saya bila saya terlalu jujur mengatakan film The Avengers itu biasa-biasa saja. Temanya masih seputar Sisi Baik vs Sisi Jahat. Endingnya Sisi Baik bersatu kemudian mengalahkan Sisi Jahat. Sisi jahat yang tidak tuntas dikalahkan, kemudian membangun kekuatan baru untuk menjadi villain di sekuel berikutnya. Demikian seterusnya.

Menurut opini saya pribadi, sebuah film superhero akan menjadi lebih berkesan apabila memenuhi 5 kriteria seperti yang saya paparkan di bawah ini:


1. Ikonik
Iron Man=Robert Downey Jr;
Captain America=Luke Evans;
Spiderman=Tobey McGuire;
Wolverine=Hugh Jackman.
Hampir semua tokoh superhero yang tidak mengalami pergantian pemeran lebih mendapat tempat di hati penontonnya. Karena memang aktor superhero harus memiliki cukup wibawa dan konsistensi untuk memerankan superhero tersebut. Apa jadinya bila pemeran Iron Man bukan Robert Downey? Gayanya yang genius tapi slengekan boleh jadi hanya bisa diemban olehnya. Berganti aktor adalah pilihan yang buruk jika sekuel Iron Man 4 jadi dibuat.
Masih ingat  Ksatria Baja Hitam? Bagi anak-anak era 90-an, ksatria baja hitam selalu diidentikkan dengan Kotaro Minami. Sekalipun ksatria baja hitam (atau yang biasa disebut Kamen Rider) sudah berganti-ganti versi, dari Kuuga, Den-O, sampai Kiva, Kotaro Minami tetaplah aktor terbaik sebagai pemeran Kamen Rider.

2. Dramatic
Film superhero yang melulu mengusung tema kebaikan vs kejahatan sangat membosankan. Dibutuhkan sentuhan drama di dalam film superhero untuk mempermanis sajian ceritanya. Karena alasan ini pula saya lebih menyukai Spiderman versi Sam Raimi daripada The Amazing Spiderman. Balutan drama dalam trilogi Spiderman-nya Sam Raimi jauh lebih mengena dan memorable dibanding The Amazing Spiderman. Jalinan konflik jati diri yang dialami Spiderman, cinta segitiga, hingga kesalahpahaman yang terjadi antar tokoh membuat Spiderman versi Sam Raimi lebih dari sekedar film superhero.
Film X-Men pun demikian. Terlepas dari jatuh bangunnya sekuel filmnya, isu rasial antara manusia vs mutan yang diusung film ini layak diacungi jempol. Konflik yang terjadi tidak melulu mengikuti pakem manusia vs makhluk luar angkasa, tapi justru dengan sesama manusia yang memiliki ‘kelainan’ sebagai mutan.

3. Plot yang tidak terduga
Seperti yang saya bahas di atas, pakem cerita Baik vs Jahat di mana yang baik selalu menang akan terasa sangat membosankan bila tidak dibumbui konflik lain yang membuat jalinan cerita lebih kompleks. Saya cenderung menyukai film yang plot-nya mengajak penonton untuk berpikir sepanjang jalan cerita. Kemudian jawaban atas semua konflik terjawab di pertengahan sampai akhir film. Meskipun endingnya tokoh protagonis yang menang, tapi proses untuk sampai memenangkan si tokoh protagonis harus dilakukan dengan elegan dan penuh gaya khas karakter superhero tersebut.

Sekali lagi ini murni soal selera. Saya bukan seorang movie addict yang setiap ada rame-rame film terntentu saya ikut-ikutan nonton. Tapi berhubung selama beberapa tahun mendatang film-film superhero akan membanjiri bioskop, saya merasa perlu untuk menuliskan uneg-uneg saya terkait hal tersebut. Akhir kata, selamat menikmati sajian film superhero berikutnya beserta sekuel-sekuelnya. Saya sih masih setia menunggu sekuel X-Men dan Iron Man (cuma 2 itu yang masuk waitting list saya dari film bergenre superhero).

0 comments:

Post a Comment