Maaf kalau judulnya terlalu
mengintimidasi. Ini murni soal selera. Jadi jangan hakimi saya bila saya
terlalu jujur mengatakan film The Avengers itu biasa-biasa saja. Temanya masih
seputar Sisi Baik vs Sisi Jahat. Endingnya Sisi Baik bersatu kemudian
mengalahkan Sisi Jahat. Sisi jahat yang tidak tuntas dikalahkan, kemudian
membangun kekuatan baru untuk menjadi villain
di sekuel berikutnya. Demikian seterusnya.
Menurut opini saya pribadi,
sebuah film superhero akan menjadi lebih berkesan apabila memenuhi 5 kriteria
seperti yang saya paparkan di bawah ini:
1. Ikonik
Iron Man=Robert Downey Jr;
Captain America=Luke Evans;
Spiderman=Tobey McGuire;
Wolverine=Hugh Jackman.
Hampir semua tokoh superhero yang tidak
mengalami pergantian pemeran lebih mendapat tempat di hati penontonnya. Karena
memang aktor superhero harus memiliki cukup wibawa dan konsistensi untuk
memerankan superhero tersebut. Apa jadinya bila pemeran Iron Man bukan Robert
Downey? Gayanya yang genius tapi slengekan boleh jadi hanya bisa diemban
olehnya. Berganti aktor adalah pilihan yang buruk jika sekuel Iron Man 4 jadi
dibuat.
Masih ingat
Ksatria Baja Hitam? Bagi anak-anak era 90-an, ksatria baja hitam selalu
diidentikkan dengan Kotaro Minami. Sekalipun ksatria baja hitam (atau yang
biasa disebut Kamen Rider) sudah berganti-ganti versi, dari Kuuga, Den-O,
sampai Kiva, Kotaro Minami tetaplah aktor terbaik sebagai pemeran Kamen Rider.
2. Dramatic
Film superhero yang melulu mengusung tema
kebaikan vs kejahatan sangat membosankan. Dibutuhkan sentuhan drama di dalam
film superhero untuk mempermanis sajian ceritanya. Karena alasan ini pula saya
lebih menyukai Spiderman versi Sam Raimi daripada The Amazing Spiderman. Balutan
drama dalam trilogi Spiderman-nya Sam Raimi jauh lebih mengena dan memorable
dibanding The Amazing Spiderman. Jalinan konflik jati diri yang dialami
Spiderman, cinta segitiga, hingga kesalahpahaman yang terjadi antar tokoh
membuat Spiderman versi Sam Raimi lebih dari sekedar film superhero.
Film X-Men pun demikian. Terlepas dari jatuh
bangunnya sekuel filmnya, isu rasial antara manusia vs mutan yang diusung film
ini layak diacungi jempol. Konflik yang terjadi tidak melulu mengikuti pakem
manusia vs makhluk luar angkasa, tapi justru dengan sesama manusia yang
memiliki ‘kelainan’ sebagai mutan.
3. Plot yang tidak
terduga
Seperti yang saya bahas di atas, pakem cerita
Baik vs Jahat di mana yang baik selalu menang akan terasa sangat membosankan
bila tidak dibumbui konflik lain yang membuat jalinan cerita lebih kompleks.
Saya cenderung menyukai film yang plot-nya mengajak penonton untuk berpikir
sepanjang jalan cerita. Kemudian jawaban atas semua konflik terjawab di
pertengahan sampai akhir film. Meskipun endingnya tokoh protagonis yang menang,
tapi proses untuk sampai memenangkan si tokoh protagonis harus dilakukan dengan
elegan dan penuh gaya khas karakter superhero tersebut.
0 comments:
Post a Comment