Subscribe:

Labels

Monday 29 February 2016

Tentang Riski, Rizqy, dan Sebangsa Rizqi Lainnya


Kalau kalian ingin punya anak bernama Riski,
pastikan petugas Disdukcapil tidak salah membuat aktanya
(guyon maton)

Pagi itu, suasana bank masih sepi. Beberapa mobil tampak lalu–lalang di depan bank, tanpa satu pun yang bergerak memasuki halaman bank. Sejenak kemudian, seorang pemuda tampak tergopoh-gopoh memasuki halaman bank yang tak seberapa luas. Satpam di pos jaga memandang curiga ke arah pemuda itu, mencoba memastikan pemuda itu tidak hendak merampok.

Sesampainya di dalam bank, tidak ada antrian di sana. Pemuda itu langsung menuju ke bagian informasi.

“Selamat siang, Bapak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas informasi itu ramah.

“Ya, saya kehilangan kartu ATM saya. Saya ingin mengurusnya.”

“Baik, Bapak. Bisa Bapak sebutkan nama lengkapnya.”

Pemuda itu segera menjawab, “Nama saya Riski Serbaguna.”

Sejenak, petugas informasi sibuk mengecek komputernya. Raut mukanya menandakan sedikit kebingungan.

“Maaf, Bapak, ada sekitar selusin nama Riski Serbaguna di bank ini. Bapak termasuk Riski yang mana?”

Pemuda itu mengernyitkan dahi. “Ah, saya Riski yang itu. R-I-S-K-I. Dengan ‘i’ di huruf terakhirnya.”

“Pakai S atau Z, Bapak?” petugas itu bertanya lagi.

“Setahu saya pakai S.”

“Huruf keempatnya pakai K atau Q, Bapak?” lagi-lagi petugas itu bertanya.

“Pakai K.” pemuda itu mulai jengah.

“Huruf terakhirnya pakai I atau Y, Bapak?” dan petugas 'brengsek' itu masih belum selesai bertanya tentang nama.

Kesabaran pemuda itu habis. “Tak bisakah saya menuliskan nama di kertas dan menyudahi obrolan bertele-tele ini!? Tadi sudah saya bilang pakai ‘i’. Gimana sih?”

Petugas itu malah tersenyum ramah. “Hanya memastikan saja, Bapak. Terima kasih. Dan mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Harap maklum, banyak nasabah yang memakai nama serupa di sini.”

Dengan agak dongkol pemuda itu segera beringsut mengambil tempat duduk. Menunggu kartu ATM baru yang sedang diproses. “Semoga namanya tidak salah tulis.”—batinnya.

*   *   *

Nama Riski sebenarnya bukan nama yang buruk. Hanya sayangnya, perbedaan penulisan nama “Riski” di masyarakat membuat citra nama itu tercemar. Riski ditengarai menjadi salah nama yang kerap salah tulis. Wajar, karena setidaknya ada 7 kemungkinan penulisan nama Riski:
1.  Riski
2.  Risky
3.  Rizki
4.  Rizky
5.  Risqi
6.  Rizqi
7.  Rizqy

Yang membuat nama Riski bermasalah adalah perbedaan transliterasi dari bahasa Arab ke Indonesia. Kata Riski itu sendiri berasal dari bahasa Arab “razaqa” yang berarti karunia, anugerah, atau pemberian. Masyarakat kita mengartikannya dengan rezeki (riski) yang kemudian diadaptasi menjadi nama anak.

Perbedaan transliterasi huruf za dan qa pada kata “razaqa” ditengarai menjadi akar penyebab munculnya perbedaan nama Riski di masyarakat. Sebagian orang menuliskan huruf za dengan ‘s’ dan huruf qa dengan ‘k’ (mengikut kaidah kata serapan). Sebagian yang lain menuliskan huruf za dengan ‘z’ dan huruf qa dengan ‘q’ (mengikut transliterasi huruf hijaiyah ke huruf latin). Perbedaan-perbedaan itu berdampak pada munculnya banyak versi nama Riski di masyarakat—bahkan bisa dibuat sampai tujuh turunan versi nama Riski.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada kalian yang bernama Riski, saya rasa pemerintah perlu membuat standarisasi nama Riski untu semua bayi-bayi di Indonesia. Nama Riski perlu dibuatkan SNI-nya. Urusan sepele ini penting sekali agar reputasi nama Riski terjaga dan tidak mengakibatkan prahara rempong seperti salah tulis nama dalam ijazah, akta lahir, sampai salah nama di KTP. Bukankah itu menjengkelkan sekali?

Dengan adanya standarisasi nama Riski, maka siapapun yang ingin memberi anaknya nama “Riski,” harus tunduk pada regulasi pemerintah. Yang mencatat nama pun tidak akan bingung menuliskan nama “Riski” karena sudah ada versi resmi dari pemerintah. Pemilik nama tinggal menyebut nama (Riski) dan petugas tidak perlu rempong bertanya “pakai huruf i atau y, pakai k atau q?”

Yakinlah, tidak ada orang yang mau terus-terusan dongkol, karena salah menulis nama Riski. Belum lagi jika si pemilik nama protes sambilmarah-marah karena namanya salah tulis. Padahal sebenarnya, siapa sih yang salah? Tolong, jangan paksa saya menyalahkan bapak mamak kalian karena telah memberi nama Riski. Sungguh, Riski bukan nama yang buruk. Hanya seringkali—membingungkan.

5 comments:

Izhar Hadi Prazedya said...

wah untung saja nama saya nga terlalu pasaran, tapi nama nga pasaran belum tentu nga ada masalah. Ane pernah kejadian waktu SD dan SMP nama saya kan IZHAR tuh, cuman di absen dan di raport itu ISHAR untuk waktu itu saya cepet cepet protes jadi ngga sampe menjalar ke IJAZAH bahkan anehnya setiap ganti semester pasti namanya salah di Absen pas masuk SMA baru dah kagak pernah lagi kek gitu

Miftah Afina said...

Fix, setelah baca artikel ini anak gue kelak nggak jadi ane namain rizky.

Mungil said...

ih nulis nama itu nggak boleh salah-salah. Nama kan sama aja doa dari orang tua, nanti kalo salah, doanya juga salah dong....

Hatake Niwa said...

@izhar:
sama kasusnya nama Riski atau Rizky. tapi untuk kasusmu seharusnya IZHAR udah cukup jelas dan tidak 'pasaran'. kok ya bisa-bisanya typo melulu.

@miftah:
ya, nggak gitu juga, hanya perlu dipertimbangkan saja.

@ran:
makanya, biar ga salah tulis nama karena nama adalah doa, mbok ya dibikin standarisasi nama Riski se-Indonesia, biar jelas dan tidak salah lagi. Satu jenis nama Riski untuk semua anak Indonesia

laili umdatul khoirurosida said...

wahaha bener juga. Pernah punya temen namanya rizki trus nitip beli tiket pesawat online, tapi msalahnya nama gak boleh salah. Tergesa gesa aku telfon dia untuk memastikan eh hapenya mati. Cancel lah tiket pesawati itu daripada nanti nggak bisa terbang hanya gara gara salah nama.

Post a Comment