Subscribe:

Labels

Friday 5 June 2015

Apa Tujuan Hidupmu Anak Muda?

Setiap orang pasti pernah bertanya pada dirinya sendiri “Untuk apa aku dilahirkan ke dunia ini?” Hal ini lumrah mengingat setiap manusia membutuhkan “tujuan” dalam segala tindakan dan keputusan yang diambilnya. Karenanya, orang yang selama hidupnya tidak pernah memiliki tujuan sama saja dengan orang yang tak pernah merasakan hidup. Orang model ini tidak tahu harus ke mana lagi setelah menyelesaikan sebuah urusan. Rutinitas yang dijalani akan terasa sangat membosankan. Hingga pada satu titik ia akan merasakan kejenuhan dalam segala hal. Bahkan nasi pecel es teh soda yang selama ini jadi menu kegemarannya tak terasa nikmat lagi.

Semua itu terjadi karena setiap manusia memerlukan tujuan dalam hidupnya. Bahkan tanpa Anda sadari, Anda selalu menciptakan tujuan-tujuan itu. Anda makan tujuannya demi mengenyangkan perut. Anda tertawa tujuannya menyenangkan hati Anda. Begitu pula ketika Anda (maaf) buang air besar—tujuannya melepaskan sesuatu yang akan menjadi penyakit bila tak segera Anda enyahkan dari saluran pencernaan. Bahkan seandainya bayi dapat bicara ketika dilahirkan, boleh jadi dia akan segera bertanya, “Mak, untuk apa susah-susah mbrojolin aku ke dunia ini?”

Apa jadinya bila hidup Anda berlalu tanpa tujuan? Ya, GALAU. Makanya kalau Anda bertanya-tanya kenapa anak muda jaman sekarang sering bilang galau—jawabannya hanya satu: mereka sedang hilang arah dan tak tahu harus kemana. Bahasa sederhananya tersesat. Jadi, kalau misal putra-putri Bapak/Ibu/Sdr ada yang bilang galau, maka tolonglah mereka. Setidaknya mulaialah dengan membuka diri untuk mendengarkan curhatan mereka.

Kembali lagi ke persoalan tujuan hidup. Bagi orang-orang yang sudah mencapai level “BERIMAN” dalam hati, lisan, dan perbuatan, maka Tuhanlah tujuan dari segala tujuan. Orientasinya sudah ke hal-hal transendental. Jangankan sholat (misalnya), makan pun akan mereka maknai dengan tujuan ibadah. Bepergian mencari kerja juga diniatkan dengan tujuan mencari ridho-Nya. Setiap aktivitas akan diawali dengan doa dan diakhiri dengan ucapan syukur. Itu mereka yang telah mencapai level ihsan: ikhlas—aktivitas-aktivitasnya semata hanya sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.

Tentu saja tidak semua orang berlaku demikian. Bukan berarti banyak orang yang belum beriman lho ya. Sebaiknya tanyakan pada diri Anda sendiri sejauh mana iman Anda selama ini. Apakah hanya sepelemparan sajadah setiap sholat, atau hanya sekeping receh yang Anda berikan pada peminta-minta. Yang jelas, aspek universal dalam pembahasan ini adalah: “Carilah tujuan dalam setiap tindakan Anda.” Tak peduli Anda orang beragama, orang atheis, orang kafir, orang bertakwa, orang Indonesia, orang Amerika, orang berpangkat, atau pun orang fakir, siapapun Anda hendaknya memiliki tujuan—alasan kenapa Anda melakukan tindakan tersebut. Karena yakinlah, hanya orang gila saja yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya.

Seiring berjalannya waktu, seiring dengan tercapainya tujuan-tujuan Anda, Anda akan mempertanyakan kembali tujuan-tujaun tersebut. Untuk apa semua ini. Untuk apa aku melakukan ini itu. Aku sudah memperoleh semua yang kuinginkan dalam hidup ini. Aku sudah sukses mencapai tujuan-tujuanku. Hingga pada suatu titik Anda akan menyadari: Dia-lah yang seharusnya menjadi muara dari semua tujuan-tujuan hidupku.

Karena diri ini hanya milik Tuhan, dan kepada-Nya-lah diriku kembali.” Tak tertolak!

0 comments:

Post a Comment