“Seringkali kesuksesan seseorang terhambat
hanya karena
terlalu sibuk mengkhawatirkan kritikan dari orang lain.”
terlalu sibuk mengkhawatirkan kritikan dari orang lain.”
(Hatake Niwa)
Terkadang, orang yang mengkritik kita tidak tahu
bagaimana perasaan kita selaku objek kritikannya. Orang yang mengkritik kerap
tak peduli apakah kritikannya terdengar menyakitkan atau tidak. Boleh jadi kita
merasa “dibantai ” saat hasil kerja
kita dikritik. Karena kritik, terkadang kita menjadi inferior—merasa semua
usaha kita sia-sia dan tidak dihargai.
Inferior—merasa rendah diri hanya karena hasil
kerjanya dikritik adalah sebuah pemikiran yang keliru. Hal itu menunjukkan
betapa lemahnya mental kita dalam menghadapi kritikan. Terkadang kesuksesan
seseorang terhambat karena dirinya terlalu mengkawatirkan kritik yang
membuatnya berhenti berinovasi dan takut melangkah.
Dalam hidup ini, kritik akan selalu ada. Akan tetapi kita selalu memiliki pilihan
untuk menyikapi kritik secara positif. Kritik bisa kita jadikan sebuah motivasi
eksternal untuk meningkatkan kinerja kita—termasuk memperbaiki sikap kita yang keliru.
Setiap orang tak bisa lepas dari kritik. Jangankan
orang awam, para penemu hebat seperti Alva Edisson, James Watt, bahkan Einstein
sekalipun tak luput dari kritik. Karena itu, kritik tidak selalu berkonotasi
negatif, tergantung konteks dan penyikapan kita terhadapnya.
Jika
kita mendapat kritik, kita harus mencoba untuk berdamai dengannya. Berdamailah
dengan orang yang mengatakan “hasil
kerjamu jelek.” Belum tentu orang itu bermaksud mencela. Boleh jadi orang
itu malah sedang memotivasi kita agar meningkatkan kualitas kerja—karena dia
yakin pada kemampuan kita.
0 comments:
Post a Comment