Subscribe:

Labels

Friday 15 August 2014

Antara Ganteng dan Jelek



Dosen saya pernah berkelakar, kalau mau jadi artis tampangmu harus “ganteng-ganteng tenan”, atau “jelek-jelek tenan.” Dalam bahasa Indonesia yang baik yang benar, dosen saya ini bilang kalau mau jadi artis, maka syarat fisiknya kalau punya wajah ganteng ya harus ganteng sekali, tapi kalau punya wajah jelek ya harus jelek sekali. Maaf kalau terlalu kasar. Tapi saya sendiri mengamini kelakar si dosen nyentrik.

Industri hiburan alias entertainment telah mengalami serangkaian perubahan yang sangat dinamis. Terlepas dari kecanggihan teknologi piranti audio-visual yang semakin berkembang dewasa ini, dalam industri hiburan selalu menghadirkan para bintang (selebritis) dengan karakter khas. Entah penyanyi, pemain sinetron, model, bintang laga, sampai bintang iklan kulit manggis selalu menyertakan karakteristik yang khas yang menjadi daya tarik pembeda. Kalau nggak ganteng ganteng banget ya jelek jelek banget. Saya tidak akan menyinggung siapa artis jelek dan siapa yang ganteng/cantik. Anda yang sering nonton TV di rumah bisa menyimpulkan sendiri. Meski banyak orang mengatakan ganteng/cantik itu relatif, tapi kalau ditanya tentang jelek, jawabannya mungkin hanya satu: MUTLAK (*piss)

Kelakar dosen saya akan jelas terlihat dalam tayangan komedi di mana artis ganteng-cantik berbaur dengan mereka yang tak rupawan. Boleh jadi ada sebagian orang yang bergumam, orang sejelek dia kok bisa-bisanya yah jadi artis? Atau komentar sejenis dari mereka yang merasa ke-PD-an: “Kok ada yang mau bayar dia buat naik panggung padahal saya jauh lebih ganteng dan keren dari dia.” Sah-sah saja bila ada yang merasa tidak adil. Tapi nyatanya kehadiran artis yang ganteng ganteng banget dan yang jelek jelek banget dalam sebuah acara terbukti mampu menjaga rating penonton tetap tinggi. Terlepas dari talenta masing-masing artis, aspek fisik tetaplah menjadi jualan utama industri entertainment. So, agar kita tidak cepat jemu menonton hingga berdampak pada penurunan rating siaran, maka dibuatlah acara yang bervariasi dengan tampilan artis yang bervariasi pula. Ini gejala wajar, normal—berminyak. #eh

Lalu apa hikmahnya? Buat yang ganteng-ganteng dan yang cantik-cantik mungkin bisa jadi lebih PeDe kali ya, berasa bisa jadi artis, ikut audisi bla bla bla. Setidaknya bisa ikutan memakai produk atau lifestyle si artis idola misalnya dalam hal fashion. Lha buat yang jelek? Mungkin buat motivasi kali yah. Nggak usah berkecil hati ketika fisik tidak bisa dibilang rupawan. Selalu ada jalan untuk sukses terlepas dari seburuk apa tampilan kamu. Contohnya yaa seperti artis-artis itu. syaratnya kerja keras dan terus belajar.

“Lah, mereka kan artis. Gue bukan.” Memang beda ya? Setahu saya jadi artis seperti mereka juga nggak gampang lho ya. Jangan pikir mereka bisa jadi artis dengan simsalabim. Meski fisik tak mendukung tapi mereka selalu bisa menjual talenta mereka. Mereka mau belajar dan tak henti bekerja keras. Silahkan googling sendiri tentang riwayat-riwayat artis yang nggak ganteng tapi berhasil sukses di dunia entertainment (sekali lagi saya nggak suka nyebut merk di sini).

So, inilah dunia hiburan kita. Dunia yang serba menonjolkan fisik. Saya pun hanya manggut-manggut dengan kelakar dosen saya. Jadi, kalau tampangnya biasa-biasa saja seperti saya (ganteng kagak, jelek juga kagak) maka jangan harap jadi artis. Jadilah pembelajar, manusia yang selalu haus untuk belajar; pasti lebih baik. Good.