Dosen saya pernah berkelakar, kalau mau jadi artis tampangmu
harus “ganteng-ganteng tenan”, atau “jelek-jelek tenan.” Dalam bahasa Indonesia
yang baik yang benar, dosen saya ini bilang kalau mau jadi artis, maka syarat
fisiknya kalau punya wajah ganteng ya harus ganteng sekali, tapi kalau punya
wajah jelek ya harus jelek sekali. Maaf kalau terlalu kasar. Tapi saya sendiri
mengamini kelakar si dosen nyentrik.
Industri hiburan alias entertainment telah mengalami
serangkaian perubahan yang sangat dinamis. Terlepas dari kecanggihan teknologi
piranti audio-visual yang semakin berkembang dewasa ini, dalam industri hiburan
selalu menghadirkan para bintang (selebritis) dengan karakter khas. Entah
penyanyi, pemain sinetron, model, bintang laga, sampai bintang iklan kulit
manggis selalu menyertakan karakteristik yang khas yang menjadi daya tarik
pembeda. Kalau nggak ganteng ganteng banget ya jelek jelek banget. Saya tidak
akan menyinggung siapa artis jelek dan siapa yang ganteng/cantik. Anda yang sering
nonton TV di rumah bisa menyimpulkan sendiri. Meski banyak orang mengatakan
ganteng/cantik itu relatif, tapi kalau ditanya tentang jelek, jawabannya
mungkin hanya satu: MUTLAK (*piss)
Kelakar dosen saya akan jelas terlihat dalam tayangan komedi
di mana artis ganteng-cantik berbaur dengan mereka yang tak rupawan. Boleh jadi
ada sebagian orang yang bergumam, orang sejelek dia kok bisa-bisanya yah jadi
artis? Atau komentar sejenis dari mereka yang merasa ke-PD-an: “Kok ada yang
mau bayar dia buat naik panggung padahal saya jauh lebih ganteng dan keren dari
dia.” Sah-sah saja bila ada yang merasa tidak adil. Tapi nyatanya kehadiran
artis yang ganteng ganteng banget dan yang jelek jelek banget dalam sebuah
acara terbukti mampu menjaga rating penonton tetap tinggi. Terlepas dari
talenta masing-masing artis, aspek fisik tetaplah menjadi jualan utama industri
entertainment. So, agar kita tidak cepat jemu menonton hingga berdampak pada
penurunan rating siaran, maka dibuatlah acara yang bervariasi dengan tampilan
artis yang bervariasi pula. Ini gejala wajar, normal—berminyak. #eh
Lalu apa hikmahnya? Buat yang ganteng-ganteng dan yang
cantik-cantik mungkin bisa jadi lebih PeDe kali ya, berasa bisa jadi artis,
ikut audisi bla bla bla. Setidaknya bisa ikutan memakai produk atau lifestyle
si artis idola misalnya dalam hal fashion. Lha buat yang jelek? Mungkin buat
motivasi kali yah. Nggak usah berkecil hati ketika fisik tidak bisa dibilang
rupawan. Selalu ada jalan untuk sukses terlepas dari seburuk apa tampilan kamu.
Contohnya yaa seperti artis-artis itu. syaratnya kerja keras dan terus belajar.
“Lah, mereka kan artis. Gue bukan.” Memang beda ya? Setahu
saya jadi artis seperti mereka juga nggak gampang lho ya. Jangan pikir mereka
bisa jadi artis dengan simsalabim. Meski fisik tak mendukung tapi mereka selalu
bisa menjual talenta mereka. Mereka mau belajar dan tak henti bekerja keras.
Silahkan googling sendiri tentang riwayat-riwayat artis yang nggak ganteng tapi
berhasil sukses di dunia entertainment (sekali lagi saya nggak suka nyebut merk
di sini).
So, inilah dunia hiburan kita. Dunia yang serba menonjolkan
fisik. Saya pun hanya manggut-manggut dengan kelakar dosen saya. Jadi, kalau
tampangnya biasa-biasa saja seperti saya (ganteng kagak, jelek juga kagak) maka
jangan harap jadi artis. Jadilah pembelajar, manusia yang selalu haus untuk
belajar; pasti lebih baik. Good.