“Mengapa sebuah kaca pembesar dan sinar matahari mampu melubangi kertas?
Sederhana. Kaca pembesar hanya memfokuskan sinar matahari pada satu
titik pada kertas itu hingga membuatnya terbakar.”
(Memory—Sains di SD)
Salah satu hal tersulit bagi saya adalah menjaga
fokus. Saya tergolong orang yang sulit memusatkan pikiran pada suatu objek
dalam waktu yang lama. Pikiran saya terlalu mudah teralihkan atau mengalami
distraksi (distraction). Biasanya
penyebab distraksi pikiran tersebut adalah hilangnya kendali atas pikiran saya
sendiri. Akibatnya, pikiran saya mudah teralih untuk memikirkan objek lain yang
muncul dalam pikiran saya secara bersamaan. Saya menyebut ini sebagai gejala Over-Thinking alias kebanyakan mikir.
Gara-gara saya sulit menjaga fokus, beberapa kali
pekerjaan saya mangkrak. Ketika satu pekerjaan belum selesai, pikiran saya
beralih untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang lain. Begitu pekerjaan itu
belum selesai, pikiran saya lagi-lagi teralih untuk mengerjakan hal lain.
Demikian seterusnya hingga saya terkesan begitu lamban menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Saya rasa hampir semua orang mengalami distraksi
pikiran dalam bekerja karena pikiran kita memang cenderung ‘independen,’ bebas
bergerak melanglang buana memikirkan hal apapun yang ingin dipikirkannya. Hanya
bedanya setiap orang memiliki kendali yang berbeda terhadap pikiran-pikirannya.
Ada yang mampu bersikap keras pada pikirannya dan memaksanya untuk fokus, ada
pula yang malah terjebak dalam pikirannya sendiri yang dinamis—seperti halnya
saya—hingga kesulitan untuk fokus pada satu pekerjaan atau objek.
Pada dasarnya kita selalu punya pilihan dalam menghadapi
seabrek pikiran yang berkecamuk di kepala kita. Kita bisa memilih untuk cuek
tak ambil pusing dengan pikiran-pikiran yang melintas. Atau sebaliknya, memikirkannya
dalam-dalam hingga menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting. Misalnya,
suatu ketika saya sedang sibuk mengerjakan tugas. Di tengah kekhusyukan itu, muncul
pikiran lain dalam benak saya untuk menonton film yang baru saja didownload.
Awalnya saya hanya ingin mengecek film yang saya download. Tapi akhirnya saya
malah keterusan hingga akhirnya lebih memilih menanggapi ‘selingan’ untuk
menonton film tersebut. Tugas saya pun terbengkalai. Begitu saya ingin kembali
mengerjakan tugas, pikiran saya tidak bisa segera fokus. Butuh waktu agar saya mendapatkan
mood dan fokus seperti di awal
pengerjaan tugas. Hal ini karena pikiran saya mengalami distraksi, fokus saya
terbagi, dan saya masih terbawa alur cerita dan ruang imajinasi dari film yang
saya tonton.
Ilustrasi di atas menggambarkan betapa tidak
konsistennya saya dalam menghadapi distraksi pikiran saya. Fokus saya
seharusnya terjaga untuk tetap mengerjakan tugas. Tapi akhirnya saya memilih
menyerah dan menuruti keinginan untuk menonton film. Dalam menyikapi kasus ini,
kita seharusnya memiliki kendali penuh dan sikap tegas terhadap pikiran-pikiran
kita sendiri. Kita harus mampu menyeleksi, pikiran mana yang perlu
ditindaklanjuti, dan mana yang perlu ditanggapi secara serius. Kita akan stres
jika memaksa memikirkan banyak hal sekaligus secara bersamaan. Karena itu, ada
baiknya kita membuat skala prioritas untuk menindaklanjuti setiap pikiran yang
berkecamuk di pikiran kita.
Jika kita sadang mengerjakan tugas, yasudah curahkan
fokus kita untuk mengerjakan tugas. Singkirkan segala sesuatu yang bisa membuat
pikiran kita terdistraksi. Jika perlu, jauhkan diri kita dari benda-benda
seperti HP, televisi, majalah-majalah, dan benda-benda lain yang rawan mendistraksi
pikiran kita. Abaikan juga segala jenis gangguan yang muncul dari luar.
Mulailah menata pikiran untuk total dalam mengerjakan tugas. Saat kita bisa
memfokuskan pikiran pada satu pekerjaan, maka hasil yang akan kita peroleh
tentu lebih baik.
Tentu di antara kita ada yang masih ingat percobaan
membakar kertas dengan bantuan lup (kaca pembesar) saat SD. Kita semua tahu
jika kertas bisa terbakar karena sinar matahari difokuskan oleh lup pada satu
titik di kertas. Panas matahari menjadi terkumpul pada satu titik, memanaskannya
hingga terbakar. Beda halnya jika kita menjemur kertas itu seharian. Kertas memang
menjadi panas karena paparan sinar matahari, tapi tidak akan sampai terbakar.
Sama halnya dengan orang yang menebang pohon dengan
kapak. Jika orang itu mengayunkan kapaknya serampangan pada beberapa sisi pohon
sekaligus, pohon tidak akan kunjung tumbang. Beda halnya jika kita mengayunkan
kapak hanya pada salah satu sisi pohon. Semakin sering kita mengayunkan kapak
pada sisi pohon yang sama, maka batang pohon akan lebih mudah terkoyak hingga
tak lagi mampu menopang berat pohon. Tak lama kemudian, pohon pun tumbang.
Aktivitas saya membuat artikel ini juga membutuhkan
fokus. Karena seperti halnya membaca, menulis adalah aktivitas berpikir yang
kompleks. Saat menulis kita perlu fokus agar setiap ide yang muncul di kepala
bisa terangkai dan tercurahkan dalam bentuk tulisan yang sistematis dan koheren
satu sama lain. Jika fokus ini terdistraksi, maka sangat mungkin tulisan kita
melantur keluar dari topik utama yang dibahas (out of topic).
Menjaga fokus dalam bekerja memang tidak mudah. Kita
harus melatihnya jika tidak ingin mudah kehilangan fokus. Hal ini tentu
membutuhkan kesabaran, terutama bagi orang seperti saya yang pikirannya mudah
sekali terdistraksi/teralihkan. Jika kita memiliki kecenderungan mudah
terdistraksi atau teralihkan pikirannya, maka kita harus lebih bersabar dalam menyikapinya
sambil terus mengupayakan latihan untuk melatih fokus kita.
Aktivitas membaca dan menulis adalah beberapa contoh latihan
yang baik untuk mengasah fokus dan kemampuan berpikir. Dengan membaca dan
menulis, kita mendorong otak kita untuk aktif berpikir dan menginterpretasi
sebuah objek. Lambat laun, kita dapat lebih mudah memfokuskan pikiran kita pada
segala sesuatu yang sedang kita kerjakan. Bukankan salah satu kunci kesuksesan adalah
fokus dalam bekerja?
0 comments:
Post a Comment