Subscribe:

Labels

Tuesday 8 December 2015

Gara-Gara Sulit Fokus


Mengapa sebuah kaca pembesar dan sinar matahari mampu melubangi kertas?
Sederhana. Kaca pembesar hanya memfokuskan sinar matahari pada satu titik pada kertas itu hingga membuatnya terbakar.
(Memory—Sains di SD)

Salah satu hal tersulit bagi saya adalah menjaga fokus. Saya tergolong orang yang sulit memusatkan pikiran pada suatu objek dalam waktu yang lama. Pikiran saya terlalu mudah teralihkan atau mengalami distraksi (distraction). Biasanya penyebab distraksi pikiran tersebut adalah hilangnya kendali atas pikiran saya sendiri. Akibatnya, pikiran saya mudah teralih untuk memikirkan objek lain yang muncul dalam pikiran saya secara bersamaan. Saya menyebut ini sebagai gejala Over-Thinking alias kebanyakan mikir.

Gara-gara saya sulit menjaga fokus, beberapa kali pekerjaan saya mangkrak. Ketika satu pekerjaan belum selesai, pikiran saya beralih untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang lain. Begitu pekerjaan itu belum selesai, pikiran saya lagi-lagi teralih untuk mengerjakan hal lain. Demikian seterusnya hingga saya terkesan begitu lamban menyelesaikan suatu pekerjaan.

Saya rasa hampir semua orang mengalami distraksi pikiran dalam bekerja karena pikiran kita memang cenderung ‘independen,’ bebas bergerak melanglang buana memikirkan hal apapun yang ingin dipikirkannya. Hanya bedanya setiap orang memiliki kendali yang berbeda terhadap pikiran-pikirannya. Ada yang mampu bersikap keras pada pikirannya dan memaksanya untuk fokus, ada pula yang malah terjebak dalam pikirannya sendiri yang dinamis—seperti halnya saya—hingga kesulitan untuk fokus pada satu pekerjaan atau objek.

Pada dasarnya kita selalu punya pilihan dalam menghadapi seabrek pikiran yang berkecamuk di kepala kita. Kita bisa memilih untuk cuek tak ambil pusing dengan pikiran-pikiran yang melintas. Atau sebaliknya, memikirkannya dalam-dalam hingga menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting. Misalnya, suatu ketika saya sedang sibuk mengerjakan tugas. Di tengah kekhusyukan itu, muncul pikiran lain dalam benak saya untuk menonton film yang baru saja didownload. Awalnya saya hanya ingin mengecek film yang saya download. Tapi akhirnya saya malah keterusan hingga akhirnya lebih memilih menanggapi ‘selingan’ untuk menonton film tersebut. Tugas saya pun terbengkalai. Begitu saya ingin kembali mengerjakan tugas, pikiran saya tidak bisa segera fokus. Butuh waktu agar saya mendapatkan mood dan fokus seperti di awal pengerjaan tugas. Hal ini karena pikiran saya mengalami distraksi, fokus saya terbagi, dan saya masih terbawa alur cerita dan ruang imajinasi dari film yang saya tonton.

Ilustrasi di atas menggambarkan betapa tidak konsistennya saya dalam menghadapi distraksi pikiran saya. Fokus saya seharusnya terjaga untuk tetap mengerjakan tugas. Tapi akhirnya saya memilih menyerah dan menuruti keinginan untuk menonton film. Dalam menyikapi kasus ini, kita seharusnya memiliki kendali penuh dan sikap tegas terhadap pikiran-pikiran kita sendiri. Kita harus mampu menyeleksi, pikiran mana yang perlu ditindaklanjuti, dan mana yang perlu ditanggapi secara serius. Kita akan stres jika memaksa memikirkan banyak hal sekaligus secara bersamaan. Karena itu, ada baiknya kita membuat skala prioritas untuk menindaklanjuti setiap pikiran yang berkecamuk di pikiran kita.

Jika kita sadang mengerjakan tugas, yasudah curahkan fokus kita untuk mengerjakan tugas. Singkirkan segala sesuatu yang bisa membuat pikiran kita terdistraksi. Jika perlu, jauhkan diri kita dari benda-benda seperti HP, televisi, majalah-majalah, dan benda-benda lain yang rawan mendistraksi pikiran kita. Abaikan juga segala jenis gangguan yang muncul dari luar. Mulailah menata pikiran untuk total dalam mengerjakan tugas. Saat kita bisa memfokuskan pikiran pada satu pekerjaan, maka hasil yang akan kita peroleh tentu lebih baik.

Tentu di antara kita ada yang masih ingat percobaan membakar kertas dengan bantuan lup (kaca pembesar) saat SD. Kita semua tahu jika kertas bisa terbakar karena sinar matahari difokuskan oleh lup pada satu titik di kertas. Panas matahari menjadi terkumpul pada satu titik, memanaskannya hingga terbakar. Beda halnya jika kita menjemur kertas itu seharian. Kertas memang menjadi panas karena paparan sinar matahari, tapi tidak akan sampai terbakar.

Sama halnya dengan orang yang menebang pohon dengan kapak. Jika orang itu mengayunkan kapaknya serampangan pada beberapa sisi pohon sekaligus, pohon tidak akan kunjung tumbang. Beda halnya jika kita mengayunkan kapak hanya pada salah satu sisi pohon. Semakin sering kita mengayunkan kapak pada sisi pohon yang sama, maka batang pohon akan lebih mudah terkoyak hingga tak lagi mampu menopang berat pohon. Tak lama kemudian, pohon pun tumbang.

Aktivitas saya membuat artikel ini juga membutuhkan fokus. Karena seperti halnya membaca, menulis adalah aktivitas berpikir yang kompleks. Saat menulis kita perlu fokus agar setiap ide yang muncul di kepala bisa terangkai dan tercurahkan dalam bentuk tulisan yang sistematis dan koheren satu sama lain. Jika fokus ini terdistraksi, maka sangat mungkin tulisan kita melantur keluar dari topik utama yang dibahas (out of topic).

Menjaga fokus dalam bekerja memang tidak mudah. Kita harus melatihnya jika tidak ingin mudah kehilangan fokus. Hal ini tentu membutuhkan kesabaran, terutama bagi orang seperti saya yang pikirannya mudah sekali terdistraksi/teralihkan. Jika kita memiliki kecenderungan mudah terdistraksi atau teralihkan pikirannya, maka kita harus lebih bersabar dalam menyikapinya sambil terus mengupayakan latihan untuk melatih fokus kita.


Aktivitas membaca dan menulis adalah beberapa contoh latihan yang baik untuk mengasah fokus dan kemampuan berpikir. Dengan membaca dan menulis, kita mendorong otak kita untuk aktif berpikir dan menginterpretasi sebuah objek. Lambat laun, kita dapat lebih mudah memfokuskan pikiran kita pada segala sesuatu yang sedang kita kerjakan. Bukankan salah satu kunci kesuksesan adalah fokus dalam bekerja?

0 comments:

Post a Comment