Subscribe:

Labels

Wednesday 2 March 2016

Membolos dengan Bijaksana


Sudah tahu (itu) melanggar peraturan,
kok masih dilakukan?

Jika di kepolisian ada istilah pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT), maka membolos adalah “PEKAT” versi lembaga pendidikan. Bertahun-tahun kita sekolah, sampai lanjut ke perguruan tinggi, membolos sudah menjadi semacam “penyakit masyarakat” yang sulit diberantas. Padahal kita semua tahu, membolos tanpa ada uzur  yang mendesak jelas melanggar etiket dan norma yang berlaku di lembaga pendidikan. Mana ada sekolah yang mengharuskan murid-muridnya datang telat (?)

Di lingkungan sekolah, virus membolos biasanya menjangkiti murid-murid bermasalah. Murid-murid itu terkenal sebagai biang onar di kelasnya. Boleh jadi, karena sejak awal perilakunya bermasalah, mereka lebih senang membolos daripada memaksakan otak menghadapi sabrek pelajaran. Saya heran, jika sejak awal murid-murid itu sering membolos, dan berbuat onar, kenapa sekolah masih “memelihara” mereka?

Saya tidak ingin bilang membolos itu baik. Hanya saja kalau boleh jujur, dengan reputasi sebagai pembuat onar di kelas, ketiadaan murid-murid bermasalah justru bisa membuat iklim belajar yang lebih kondusif. Guru bisa lebih mudah meng-handle proses pembelajaran tanpa harus terganggu ulah murid-murid bermasalah. Meski begitu, membolos tetap saja melanggar peraturan. Dan pelakunya berhak mendapat ganjaran yang setimpal.

Kita semua tahu, kebanyakan murid membolos dengan alasan yang negatif, seperti nongkrong bareng teman, nge-game di warnet, sampai berduaan kencan dengan pacarnya. Alasan-alasan semacam itu tidak memiliki pembenaran apapun karena dilakukan saat jam sekolah. Tidak jarang murid-murid tukang bolos tertangkap satpol PP atau terjaring patroli polisi. Jika sudah begitu, masalah yang ada bisa lebih runyam.

Kalau sudah begini, apa yang bisa kita lakukan untuk “menolong” murid-murid tukang bolos?

Jika memang membolos itu melanggar peraturan, pernahkah sekolah melakukan pendekatan khusus pada murid-murid yang kedapatan sering bolos? Pernahkah sekolah mencari tahu alasan murid-murid itu membolos? Sejauh mana sekolah berani menindak tegas murid yang sering membolos?

Saya menghormati kebijaksanaan masing-masing sekolah dalam menghadapi murid yang sering membolos. Tapi tolonglah, jika si murid telah berkali-kali membolos tanpa alasan yang jelas, tidak mengindahkan surat peringatan, apalagi samapai tertangkap razia pihak berwajib, maka untuk apa murid seperti itu “dipelihara” di sekolah?

Kita semua tahu, sekolah adalah lembaga formal yang berfungsi mencetak generasi penerus bangsa yang berguna, berkarakter, beriman, bla bla bla. Tapi jika memang benar sekolah dibuat demi kebaikan generasi bangsa, mengapa sekolah malah “ditinggal mbolos” murid-muridnya? Bahkan di perguruan tinggi—yang seharusnya lebih bermartabat secara akademis—kok bisa-bisanya mereka lalai membiarkan mahasiswanya ‘nitip absen’ saat kuliah?

Jika memang membolos itu dilarang, maka PAKSALAH segenap warga sekolah untuk mematuhinya. Beri sanksi yang tegas dan menimbulkan efek jera pada pelakunya tanpa pandang bulu. Tidak hanya bagi murid, tapi juga guru. Boleh jadi murid-murid membolos karena gurunya sendiri kedapatan sering membolos. Bukankah itu ironis sekali?

Terakhir—untuk kalian yang masih siswa atau yang sudah maha tapi sering membolos—kenapa kalian tidak mencoba membolos dengan alsan yang “lebih bijaksana?” Kenapa tidak pernah jujur mengatakan alasan kalian membolos? Guru, dosen, siapapun akan memaafkan jika kalian membolos karena harus bekerja demi mencukupi perekonomian keluarga atau kalian sedang fokus bertanding di piala dunia U-21 (misalnya). Tapi jika kalian membolos hanya untuk nongkrong, nge-game, pacaran, dan seribu satu alasan nggak jelas lainnya, siapa yang akan menaruh respek pada kalian?

Selama seorang murid memilih sekolah, ia selalu terikat pada peraturan sekolah. Begitu juga mahasiswa yang terikat pada peraturan kampusnya. Dan peraturan-peraturan itu ada untuk dipatuhi karena kesadaran—bukan sekedar paksaan! Jika kalian merasa sekolah atau kuliah itu penting untuk masa depan kalian, maka SERIUSLAH! Jika kalian tidak lagi merasa lembaga seperti sekolah itu tidak penting, kenapa kalian masih betah berada di dalamnya?

Oh, ya, sekolah punya ijazah yang bisa membuat kalian melanjutkan pendidikan. Kalian masih peduli pada selembar kertas itu. Yang mahasiswa masih ingat toga dan topi wisuda yang konon bisa membuat para pengangguran terlihat lebih bermartabat selagi mencari kerja. Tapi apakah semua itu pantas disematkan pada orang-orang yang selama belajarnya lebih sering melanggar peraturan dan membolos seenaknya?


Jika kalian masih menaruh hormat pada lembaga yang mendidik kalian dan juga orangtua yang berharap banyak pada kalian, maka sekali lagi SERIUSLAH! Buatlah diri kalian layak dibanggakan karena prestasi, bukan karena reputasi sering mbolos dan nitip absen. Bukankah itu reputasi yang tidak keren sama sekali?

0 comments:

Post a Comment