“Sudah tahu (itu)
melanggar peraturan,
kok masih dilakukan? ”
Jika di kepolisian ada
istilah pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT), maka membolos adalah “PEKAT”
versi lembaga pendidikan. Bertahun-tahun kita sekolah, sampai lanjut ke
perguruan tinggi, membolos sudah menjadi semacam “penyakit masyarakat” yang sulit diberantas. Padahal kita semua
tahu, membolos tanpa ada uzur yang mendesak jelas melanggar etiket dan norma
yang berlaku di lembaga pendidikan. Mana ada sekolah yang mengharuskan
murid-muridnya datang telat (?)
Di lingkungan sekolah, virus membolos biasanya
menjangkiti murid-murid bermasalah. Murid-murid itu terkenal sebagai biang onar
di kelasnya. Boleh jadi, karena sejak awal perilakunya bermasalah, mereka lebih
senang membolos daripada memaksakan otak menghadapi sabrek pelajaran. Saya heran,
jika sejak awal murid-murid itu sering membolos, dan berbuat onar, kenapa
sekolah masih “memelihara” mereka?
Saya tidak ingin bilang membolos itu baik. Hanya saja kalau
boleh jujur, dengan reputasi sebagai pembuat onar di kelas, ketiadaan
murid-murid bermasalah justru bisa membuat iklim belajar yang lebih kondusif.
Guru bisa lebih mudah meng-handle proses
pembelajaran tanpa harus terganggu ulah murid-murid bermasalah. Meski begitu,
membolos tetap saja melanggar peraturan. Dan pelakunya berhak mendapat ganjaran
yang setimpal.
Kita semua tahu, kebanyakan murid membolos dengan alasan
yang negatif, seperti nongkrong bareng teman, nge-game di warnet, sampai berduaan kencan dengan pacarnya. Alasan-alasan
semacam itu tidak memiliki pembenaran apapun karena dilakukan saat jam sekolah.
Tidak jarang murid-murid tukang bolos tertangkap satpol PP atau terjaring
patroli polisi. Jika sudah begitu, masalah yang ada bisa lebih runyam.
Kalau sudah begini, apa yang bisa kita lakukan untuk “menolong”
murid-murid tukang bolos?
Jika memang membolos itu melanggar peraturan, pernahkah
sekolah melakukan pendekatan khusus pada murid-murid yang kedapatan sering
bolos? Pernahkah sekolah mencari tahu alasan murid-murid itu membolos? Sejauh
mana sekolah berani menindak tegas murid yang sering membolos?
Saya menghormati kebijaksanaan masing-masing sekolah
dalam menghadapi murid yang sering membolos. Tapi tolonglah, jika si murid telah
berkali-kali membolos tanpa alasan yang jelas, tidak mengindahkan surat
peringatan, apalagi samapai tertangkap razia pihak berwajib, maka untuk apa
murid seperti itu “dipelihara” di sekolah?
Kita semua tahu, sekolah adalah lembaga formal yang
berfungsi mencetak generasi penerus bangsa yang berguna, berkarakter, beriman, bla bla bla. Tapi jika memang benar
sekolah dibuat demi kebaikan generasi bangsa, mengapa sekolah malah “ditinggal mbolos” murid-muridnya? Bahkan di perguruan
tinggi—yang seharusnya lebih bermartabat secara akademis—kok bisa-bisanya mereka
lalai membiarkan mahasiswanya ‘nitip absen’ saat kuliah?
Jika memang membolos itu dilarang, maka PAKSALAH segenap warga sekolah untuk
mematuhinya. Beri sanksi yang tegas dan menimbulkan efek jera pada pelakunya tanpa
pandang bulu. Tidak hanya bagi murid, tapi juga guru. Boleh jadi murid-murid
membolos karena gurunya sendiri kedapatan sering membolos. Bukankah itu ironis
sekali?
Terakhir—untuk kalian yang masih siswa atau yang sudah maha tapi sering membolos—kenapa kalian tidak
mencoba membolos dengan alsan yang “lebih bijaksana?” Kenapa tidak pernah jujur
mengatakan alasan kalian membolos? Guru, dosen, siapapun akan memaafkan jika
kalian membolos karena harus bekerja demi mencukupi perekonomian keluarga atau kalian
sedang fokus bertanding di piala dunia U-21 (misalnya). Tapi jika kalian
membolos hanya untuk nongkrong, nge-game,
pacaran, dan seribu satu alasan nggak jelas
lainnya, siapa yang akan menaruh respek pada kalian?
Selama seorang murid memilih sekolah, ia selalu terikat
pada peraturan sekolah. Begitu juga mahasiswa yang terikat pada peraturan
kampusnya. Dan peraturan-peraturan itu ada untuk dipatuhi karena kesadaran—bukan
sekedar paksaan! Jika kalian merasa sekolah atau kuliah itu penting untuk masa
depan kalian, maka SERIUSLAH! Jika kalian tidak lagi merasa lembaga seperti
sekolah itu tidak penting, kenapa kalian masih betah berada di dalamnya?
Oh, ya, sekolah punya ijazah yang bisa membuat kalian melanjutkan
pendidikan. Kalian masih peduli pada selembar kertas itu. Yang mahasiswa masih ingat
toga dan topi wisuda yang konon bisa membuat para pengangguran terlihat lebih
bermartabat selagi mencari kerja. Tapi apakah semua itu pantas disematkan pada orang-orang
yang selama belajarnya lebih sering melanggar peraturan dan membolos seenaknya?
Jika kalian masih menaruh hormat pada lembaga yang
mendidik kalian dan juga orangtua yang berharap banyak pada kalian, maka sekali
lagi SERIUSLAH! Buatlah diri kalian
layak dibanggakan karena prestasi, bukan karena reputasi sering mbolos dan nitip absen. Bukankah itu reputasi
yang tidak keren sama sekali?
0 comments:
Post a Comment