. . .
Sebenarnya tidak ada perbedaan fungsional antara
kos-kosan cowok dan kos-kosan cewek. Keduanya sama-sama tempat hunian sementara
yang tidak menyediakan hidangan khusus bagi pelanggannya. Boleh jadi, satu-satunya
yang membedakan kos-kosan cowok dengan kos-kosan cewek adalah soal
kebersihannya. Jangan heran jika kebanyakan orang memilih rumahnya dijadikan kos-kosan
cewek daripada kos-kosan cowok. Salah satunya karena alasan kebersihan tadi.
Ngomong-ngomong soal kos-kosan, saya “beruntung” bisa merasakan
kehidupan anak kos. Meski cuma dua semester, cukup banyak pengalaman berkesan
yang saya temui di sana, mulai dari ngantri toilet, kejatuhan kucing gila, sampai
sandal cantik di kamar sebelah. Nah,
hal yang terakhir itulah yang akan saya bahas di sini.
Saat itu saya masih kuliah semester awal—masih cupu-cupunya.
Saya juga tergolong awam dengan dunia kos-kosan. Yang saya tahu (dari buku yang
pernah saya baca), kehidupan kos-kosan dikesankan sebagai kehidupan yang binal
(itu persepsi awal saya). Lingkungan kos-kosan yang sepi dan tanpa pengawasan
sering menjadi wahana bermain untuk ber-nananina
dengan kekasih tanpa risau digrebek satpol PP. If you know what I mean.
Persepsi awal saya tentang kehidupan binal di kos-kosan membuat
saya selalu menaruh curiga. Saya akan berpurbasangka jika ada tetangga kos yang
menaruh “sandal cantik” di depan kamarnya. Ini kos-kosan cowok dan tidak ada
seorang pun yang terindikasi banci atau transgender
di sini. Lalu sandal cantik di depan kamar cowok itu apaan???
Dalam posisi itu, rasanya sulit untuk tidak berpikir yang
aneh-aneh. Dua orang lain jenis pasti sedang berduaan di dalam kamar diiringi suara
gaduh yang tidak wajar. Kalau pintunya terbuka sih mending, orang luar akan
segera tahu mereka yang di dalam kamar sedang ngapain. Tapi bagaimana kalau
pintunya sampai gorden ditutup rapat?
Suasana kos-kosan memang strategis untuk dijadikan ajang
baku hantam syahwat dengan partner terkasih. Sepi, bebas razia, dan
privasi dijamin tetangga kos. Menggelikan memang. Seringkali orang-orang
cuek jika ada tetangga kosnya yang kedapatan ngamar dengan lawan jenis. Alasannya
boleh jadi karena tidak mau ikut campur urusan orang, atau terjebak sikap
permisif yang dilandasi rasa solidaritas sesama teman. “Ah…itu udah biasa, kayak nggak tahu anak kos-kosan aja.” Boleh jadi
begitu.
Memang benar, dalam hidup ini setiap orang memiliki
kebebasan berkehendak. Setiap orang memiliki hak asasinya sendiri. Meski begitu, ada
seperangkat aturan dan hukum-hukum alam yang membatasi kebebasan bertindak
manusia. Semesta menganugerahkan kita “nurani” untuk menilai baik dan buruk. Jika
ditanya tentang fenomena sandal cantik di kos-kosan cowok, maka takono atimu? Tanyakan itu pada nuranimu yang selalu jujur
dalam menilai.
Sementara itu, otak saya sedang berpikir keras mencari
pembenaran logis kenapa ada sandal cantik di kos-kosan cowok. Oh, eureka! Beberapa kemungkinan yang saya
pikirkan antara lain:
1. Boleh jadi kemarin ada “kunjungan negara” dari emaknya
Si Fulan. Itu sandal cantik pasti punya emaknya Si Fulan yang tertinggal. But, wait…! Emaknya Si Fulan kan di pulau seberang. Untuk apa repot-repot ke
kosan anaknya pakai sandal cantik?
2. Boleh jadi itu sandal teman kuliahnya yang tertinggal
saat belajar kelompok. Ya, ya, sepertinya benar begitu. Tapi, kerja kelompok
seperti apa? Kenapa harus sampai menutup pintu kamar?
3. Oh, boleh jadi mereka berdua ahli fotografi. Kemarin mereka
sibuk mencetak foto sehingga butuh ruangan gelap. Karena itu pintu kamar kos
ditutup rapat. Kebetulan Si Fulan kan masih amatir pakai DLSR. Si cewek bakal
bantuin fulan membahas fotografi. Ya, ya, bekerja sama di kamar yang tertutup.
4. But, wait…! Jika
mereka sibuk mencetak foto, kenapa harus ada kegaduhan di sana? Suara-suara itu
tidak sewajarnya orang mencuci foto. Lalu sebenarnya mereka ngapain? Pasti si
cewek adalah korban kejahatan yang barusan ditolong Si Fulan. Karena si cewek
tidak punya hunian, si cewek terpaksa dilarikan ke kamar kos Si Fulan karena
kondisi tubuhnya kritis. Wah, mulia sekali Si Fulan. Seperti kisah kepahlawanan
di film-film.
5. Tapi jika Si Fulan menyelamatkan si cewek dari ancaman
kejahatan, kenapa Si Fulan tidak memanggil bantuan teman-teman kosnya? Kenapa Si
Fulan memilih mengatasi masalahnya sendiri sampai mempertaruhkan
keselamatannya? Kenapa pula si cewek tidak kunjung keluar kamar? Sandal cantik
di depan pintu menjadi saksi bisu ada apa sebenarnya di kamar Si Fulan…
. . .
Dan begitulah, saya sering kesulitan mencari pembenaran logis
ketika sepasang sandal cantik menyembul di depan pintu kamar kos cowok. Saya
terjebak pada persepsi awal saya, tentang kebilanan duna kos-kosan. Entahlah, saya
tidak pernah bisa memastikannya apalagi—merekamnya. []
0 comments:
Post a Comment