Subscribe:

Labels

Friday 4 March 2016

Sandal Cantik di Kos-Kosan Cowok


.   .   .

Sebenarnya tidak ada perbedaan fungsional antara kos-kosan cowok dan kos-kosan cewek. Keduanya sama-sama tempat hunian sementara yang tidak menyediakan hidangan khusus bagi pelanggannya. Boleh jadi, satu-satunya yang membedakan kos-kosan cowok dengan kos-kosan cewek adalah soal kebersihannya. Jangan heran jika kebanyakan orang memilih rumahnya dijadikan kos-kosan cewek daripada kos-kosan cowok. Salah satunya karena alasan kebersihan tadi.

Ngomong-ngomong soal kos-kosan, saya “beruntung” bisa merasakan kehidupan anak kos. Meski cuma dua semester, cukup banyak pengalaman berkesan yang saya temui di sana, mulai dari ngantri toilet, kejatuhan kucing gila, sampai sandal cantik di kamar sebelah. Nah, hal yang terakhir itulah yang akan saya bahas di sini.

Saat itu saya masih kuliah semester awal—masih cupu-cupunya. Saya juga tergolong awam dengan dunia kos-kosan. Yang saya tahu (dari buku yang pernah saya baca), kehidupan kos-kosan dikesankan sebagai kehidupan yang binal (itu persepsi awal saya). Lingkungan kos-kosan yang sepi dan tanpa pengawasan sering menjadi wahana bermain untuk ber-nananina dengan kekasih tanpa risau digrebek satpol PP. If you know what I mean.

Persepsi awal saya tentang kehidupan binal di kos-kosan membuat saya selalu menaruh curiga. Saya akan berpurbasangka jika ada tetangga kos yang menaruh “sandal cantik” di depan kamarnya. Ini kos-kosan cowok dan tidak ada seorang pun yang terindikasi banci atau transgender di sini. Lalu sandal cantik di depan kamar cowok itu apaan???

Dalam posisi itu, rasanya sulit untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Dua orang lain jenis pasti sedang berduaan di dalam kamar diiringi suara gaduh yang tidak wajar. Kalau pintunya terbuka sih mending, orang luar akan segera tahu mereka yang di dalam kamar sedang ngapain. Tapi bagaimana kalau pintunya sampai gorden ditutup rapat?

Suasana kos-kosan memang strategis untuk dijadikan ajang baku hantam syahwat dengan partner terkasih. Sepi, bebas razia, dan privasi dijamin tetangga kos. Menggelikan memang. Seringkali orang-orang cuek jika ada tetangga kosnya yang kedapatan ngamar dengan lawan jenis. Alasannya boleh jadi karena tidak mau ikut campur urusan orang, atau terjebak sikap permisif yang dilandasi rasa solidaritas sesama teman. “Ah…itu udah biasa, kayak nggak tahu anak kos-kosan aja.” Boleh jadi begitu.

Memang benar, dalam hidup ini setiap orang memiliki kebebasan berkehendak. Setiap orang memiliki hak asasinya sendiri. Meski begitu, ada seperangkat aturan dan hukum-hukum alam yang membatasi kebebasan bertindak manusia. Semesta menganugerahkan kita “nurani” untuk menilai baik dan buruk. Jika ditanya tentang fenomena sandal cantik di kos-kosan cowok, maka takono atimu?  Tanyakan itu pada nuranimu yang selalu jujur dalam menilai.

Sementara itu, otak saya sedang berpikir keras mencari pembenaran logis kenapa ada sandal cantik di kos-kosan cowok. Oh, eureka! Beberapa kemungkinan yang saya pikirkan antara lain:

1. Boleh jadi kemarin ada “kunjungan negara” dari emaknya Si Fulan. Itu sandal cantik pasti punya emaknya Si Fulan yang tertinggal. But, wait…! Emaknya Si Fulan kan di pulau seberang. Untuk apa repot-repot ke kosan anaknya pakai sandal cantik?

2. Boleh jadi itu sandal teman kuliahnya yang tertinggal saat belajar kelompok. Ya, ya, sepertinya benar begitu. Tapi, kerja kelompok seperti apa? Kenapa harus sampai menutup pintu kamar?

3. Oh, boleh jadi mereka berdua ahli fotografi. Kemarin mereka sibuk mencetak foto sehingga butuh ruangan gelap. Karena itu pintu kamar kos ditutup rapat. Kebetulan Si Fulan kan masih amatir pakai DLSR. Si cewek bakal bantuin fulan membahas fotografi. Ya, ya, bekerja sama di kamar yang tertutup.

4. But, wait…!  Jika mereka sibuk mencetak foto, kenapa harus ada kegaduhan di sana? Suara-suara itu tidak sewajarnya orang mencuci foto. Lalu sebenarnya mereka ngapain? Pasti si cewek adalah korban kejahatan yang barusan ditolong Si Fulan. Karena si cewek tidak punya hunian, si cewek terpaksa dilarikan ke kamar kos Si Fulan karena kondisi tubuhnya kritis. Wah, mulia sekali Si Fulan. Seperti kisah kepahlawanan di film-film.

5. Tapi jika Si Fulan menyelamatkan si cewek dari ancaman kejahatan, kenapa Si Fulan tidak memanggil bantuan teman-teman kosnya? Kenapa Si Fulan memilih mengatasi masalahnya sendiri sampai mempertaruhkan keselamatannya? Kenapa pula si cewek tidak kunjung keluar kamar? Sandal cantik di depan pintu menjadi saksi bisu ada apa sebenarnya di kamar Si Fulan…

.   .   . 


Dan begitulah, saya sering kesulitan mencari pembenaran logis ketika sepasang sandal cantik menyembul di depan pintu kamar kos cowok. Saya terjebak pada persepsi awal saya, tentang kebilanan duna kos-kosan. Entahlah, saya tidak pernah bisa memastikannya apalagi—merekamnya. []

0 comments:

Post a Comment