Subscribe:

Labels

Thursday 17 July 2014

MALING SENDAL (ke)JEPIT

Bulan ramadhan. Bulan penuh berkah. Bulan yang seharusnya menjadi ajang panen anugerah. Bulan yang hanya datang sekali dalam setahun di mana pintu taubat dibuka selebar-lebarnya. Sayangnya bulan yang banyak kiai katakan penuh berkah, terkadang malah menjadi musibah Apalagi kalau bukan karena ulah maling sendal. Sejauh ini belum pernah ada riset yang membuktikan korelasi antara bulan ramadhan dengan meningkatnya kasus pencurian sendal jepit. Tapi faktanya di kota-kota besar kasus pencurian sendal kian marak setiap kali ramadhan menjelang. #hopeless

Hm...sendal jepit! Hanya sendal jepit sodara-sodara. Sekali lagi saya katakan, hanya sendal jepit! Sendal jepit dipakai di kaki. Dipakai untuk jalan menyusuri beceknya jalanan kampung, menapaki panasnya aspal, sampai menginjak tengiknya kotoran ayam tetangga. Ufft! Sebagus apapun sendal jepitnya kalau sudah terkena kotoran pasti jatuh nilainya. Begitulah, cuma sendal jepit nan hina. Itu pun masih dilirik para maling sendal?  Duh...

Sendal jepit alas kaki semua kalangan. Dari pejabat sampai gelandangan pengemis semua pernah memakai sandal jepit. Bukan barang mewah yang tidak semestinya dicuri. Jadi apa konsepnya sebuah sendal jepit akan
terlihat sangat berharga??? Dalam riuh sebuah acara pernikahan misalnya, tidak banyak bahkan tidak akan ada orang yang melirik ke jempol kaki Anda, mencari tahu Anda memakai alas kaki apa dalam acara itu (kurang kerjaan amat).

Teruntuk para maling sendal, saya cuma mau berbagi saran di sini. Ada banyak jalan mengais rejeki di bulan suci ini tanpa perlu menodai esensi dari bulan suci itu sendiri. Saben sore, jelang berbuka, bukan saja lapak es pisang ijo, es dawet, es buah, dan hidangan berbuka sejenis yang mengundang selera. satu dua pembeli sudah pasti berdatangan melariskan dagangan Anda. Kenapa harus susah-susah dan bertaruh harga diri dengan nyolong sendal jepit?

Okelah, untuk kasus maling sendal jepit, jujur saya belum pernah mengalami atau memergokinya. Paling banter cuma sendal ketuker. Itu pun bukan sendal mahal. Beli lagi di warung masih banyak. Duh, apa memang sudah sebegitu ‘maling-nya’ mentalitas bangsa ini sampai-sampai sendal jepit pun diembat? Apa sudah sedemikian parahnya himpitan ekonomi hingga membuat para maling sendal kejepit? Sampai-sampai dalam sebuah acara debat seorang politisi dengan gamblang menyerang lawan debatnya dengan klausa “maling-maling”? Anda yang lebih berhak menyimpulkan.

0 comments:

Post a Comment