Subscribe:

Labels

Tuesday 15 July 2014

Saat Kamu Mulai Hilang Arah dalam Hidup


Buwakakakakakk.....usang sekali blog saya ini. setelah sekian lama vakum karena masalah hilang identitas yang mengganjal. Hilang identitas. Ya. Beberapa hari, eh tepatnya beberapa minggu terakhir ini saya merasa hilang identitas. Saya merasa ada sesuatu yang hilang dari diri saya. Saya pun sempat bertanya-tanya pada diri saya sendiri sebenarnya saya ini siapa dan mau apa di dunia ini???


Sebagai anak muda, sangat wajar bila saya masih terus mencari-cari jati diri. Sibuk mencari identitas diri. Dalam setiap dinamika kehidupan anak manusia, proses pencarian jati diri itu pasti. Biasanya proses pencarian ini akan diproses melalui langkah imitasi, peniruan sikap dan perilaku, dan serangkaian proses sosialisasi rumit dengan individu lain dalam masyarakat. Pada akhirnya, individu tersebut akan belajar nilai, norma, budaya, dan mulai menerka status sosial beserta peranannya dalam masyarakat.

Saya merasa baru saja melalui fase yang terakhir ini. saya masih remaja. Saya masih berstatus pelajar dan belum kawin (bisa dicek kok KTP-nya). Saya masih ingat betul tentang proses pencarian identitas diri ini. Jaman saya sekolah menengah dulu, saya pernah terobsesi ingin menjadi pemain basket. Fantasi saya waktu itu kalau bisa main basket itu keren. Dielu-elukan gadis-gadis di sepanjang tribun penonton. Setiap saya bawa bola, mereka histeris, “Kyaaa!!!”

Deg! Fantasi liar saya harus terhenti seketika karena saya tidak lama menekuni basket mengingat saya tidak memiliki DNA Danny Sumargo. Sodara jauh pun tidak. Maksud saya, saya tidak berbakat di bidang ini. Saya cuma suka. Lagi pula tinggi badan saya tidak mendukung untuk olahraga seperti ini. Saya tidak mau munaf*k. Hampir tidak ada pemain basket kelas dunia yang pemiannya bertinggi kurang dari 170 senti.

Lepas dari hingar bingar basket, saya mulai menekuni musik. Ya, lagi-lagi saya berimajinasi liar. Memegang senar gitar, eh, memetik senar gitar, bersenandung, kemudian gadis-gadis histeris meneriakkan nama saya dari tribun, “Kyaaaa...!!!!!” Senang bukan main. Saya mulai belajar satu dua kunci dasar. Lumayan nih pikir saya. Tidak banyak teman sekelas yang bisa main gitar. Berasa paling pintar, saya mulai sombong.

Toh saya tak lama di kancah musik. Saya lagi-lagi cuma suka. Saya tidak ada komitmen untuk menjadi musisi. Dunia musik itu keras. Banyak pesaing. Teman-teman saya banyak yang lebih terampil bermain senar gitar. Alih-alih bermain senar gitar, senar layangan saja saya kewalahan. Feng shui saya tidak cocok dengan senar mungkin ya. Oke lah saya mulai menekuni dunia tulis-menulis. Saya mencoba ikut ekskul jurnalistik.

Di sini saya mulai mendapat tempat. Saya merasa punya chemistry di bidang pertintaan. Maklum, saya orangnya pemikir, lebih sibuk mikir daripada action, jadi wajar kalau saya ingin menuangkan banyak ide saya melalui tulisan. Saya mulai menemukan keasyikan saya sendiri di sini. meski pun untuk itu saya harus berkorban harga diri, karena di antara sekian belas anggota ekskul jurnalistik, hanya saya sendiri yang tidak memakai rok (simpulkan sendiri maksud saya).

Toh, dari ekskul jurnalistik ini saya belajar banyak hal. Belajar berbagi. Belajar menikmati proses latihan. Dan belajar mengerti bahwa tidak ada rencana-Nya yang sia-sia di dunia ini. dari ekskul jurnalistk ini pula saya dapat bergabung dengan teman-teman komunitas remaja Kabupaten yang memberikan saya banyak pengalaman baru. Sampai detik ini, saya terketuk untuk terus berkecimpung di dunia peremajaan. Saya cukup miris melihat kenyataan bahwa banyak remaja hilang arah. Kehamilan tidak diinginkan. Perilaku seks bebas makin marak. Depresi karena keluarga yang broken. Perilaku menyimpang remaja yang entah kenapa mendadak beringas menjadi psikopat. Semuanya sulit dimengerti. Saya hanya menumpahkan semuanya disini. Di blog saya yang entah berapa orang yang akan membaca blog saya ini.

Akhirnya, saya hanya ingin menuliskan pengetahuan saya di blog ini. saya ingin berlatih menulis. sungguh tidak ada niatan lain di blog ini selain menulis. saya pun juga harus berlatih meluruskan niat saya dalam menulis. karena jujur, saya sering tidak ikhlas dalam menulis. menulis dengan harap-harap untuk dapat apresiasi dari pembacanya. Menulis hanya karena inin mendapat uang atau balas jasa remeh temeh seperti jempol biru di jejaring sosial. Ah, sudahlah, saya hanya ingin menulis. dan menulis itu passion saya yang boleh jadi memang seharusnya begitu.

Itulah identitas saya selama pencarian diri saya ini. saya tidak berharap tulisan saya ini terbaca. Tapi seandainya saya bisa meluangkan sebagian besar waktu saya untuk menulis dan berlatih melalui blog ini, saya rasa akan ada banyak hal yang bisa saya tuliskan di sini. ini blog saya. Saya berencana untuk update, meski nyata saya kudet dan abai dengan nasib blog ini. duh, masa-masa kehilangan identitas saya semakin menggelisahkan. Say harus mulai take action sekarang. (//_n)

0 comments:

Post a Comment