Subscribe:

Labels

Monday 21 July 2014

Memprogram Pikiran Bawah Sadar dengan Menulis

Dalam psikologi atau buku-buku motivasi, tentu kita tidak asing dengan kekuatan afirmasi. Kita mengucapkan suatu hal pada diri kita (membatin) secara kontinyu, untuk memprogram pikiran bawah sadar kita. Misalnya orang ingin berhenti merokok. Dia mengatakan pada dirinya sendiri, untuk berhenti merokok, “Saya sudah berhenti merokok! Saya sudah berhenti merokok! Saya sudah berhenti merokok!” diulang-ulangnya kalimat itu pada diri sendiri untuk menanamkan dalam pikiran bawah sadarnya bahwa dirinya telah berhenti merokok. Prinsipnya tidak jauh berbeda dengan “hipnoterapi” (tanya uncle Google saja ya soal ini. hehehe).

Yang ingin saya tekankan di sini adalah, bagaimana menulis bisa juga dipakai sebagai alat memprogram pikiran bawah sadar kita. Menulis merupakan salah satu aktivitas berpikir yang kompleks. Kita tidak hanya dituntut untuk mengingat berbagai informasi yang kita simpan di otak, namun juga merangkai informasi-informasi tersebut ke dalam output verbal (tulisan) secara padu dan koheren. Terkesan sulit memang. Tapi seburuk-buruk tulisan kita, pastilah kita melewati tahap-tahap berpikir tersebut. Mengingat, menghubungkan, dan memadukan informasi ke dalam bentuk tulisan.

Tanpa kita sadari, aktivitas menulis setidaknya dapat memberi kekuatan afirmasi yang lebih mendalam daripada sekedar membatin. Kita tidak hanya berpikir (membatin) tapi juga take action, entah dengan menggerakkan pena di atas kertas, atau menekan tuts keyboard di depan komputer.

Lantas, apa yang perlu kita tuliskan? Tentu saja alangkah baiknya bila kita menuliskan hal-hal yang baik yang dapat memotivasi dan mengingatkan diri kita. Misalkan kita ingin berhenti merokok, maka tulislah segala sesuatu tentang bahaya merokok. Bila kita ingin berhenti dari kecanduan game online, maka mulaialh menulis tentang dampak buruk game online bagi perkembangan mental, dan sebagainya. Banyak sekali yang bisa kita tulis. Setidaknya bagi diri kita sendiri. Bersyukurlah, bila ternyata tulisan kita dapat menginsirasi orang lain yang mungkin punya masalah serupa. Pahala kebaikannya untuk kita juga, berlipat-lipat, bila Tuhan menghendaki. Menyenangkan bukan?

Meskipun begitu, kita tidak bisa serta-merta menulis begitu saja. Kita perlu belajar lebih banyak. Kita perlu membaca lebih banyak buku dan artikel. Kita perlu mengembangkan informasi yang telah kita peroleh di otak agar pengetahuan kita semakin luas. Hal ini akan sangat membantu dalam rangka menjadikan aktivitas menulis sebagai media pemrograman pikiran bawah sadar kita. Rumusnya sederhana kok: “You are what you read.”

Analoginya begini:
“Apa yang tertuang di dalam cangkir akan sama dengan apa yang ada di dalam teko.”

Apabila kita sering mengisi ‘teko pikiran’ kita dengan informasi yang baik, maka apa yang kita tuliskan cenderung yang baik-baik itu. beda halnya kalau apa yang rajin kita isikan adalah informasi yang buruk, alay, kriminal, dan sebagainya. Tulisan kita tidak akan jauh-jauh dari apa yang kita isikan ke ‘teko pikiran’ kita.

Lantas bagaimana mengisi ‘teko pikiran’ kita? Simpel saja, read  a loti!!! Banyak baca. Kalau mau nulis, ya banyak baca. Bacalah sesuatu yang bisa mencerahkan wawasan Anda. Bacalah sesuatu yang menambah khasanah keilmuan Anda. Bila sudah membaca, maka tuliskan bacaan itu dalam gaya bahasa Anda sendiri untuk lebih mengendapkan informasi yang Anda peroleh. Apa yang dibaca seringkali lupa. Karenanya, mencatat (menulis) akan membantu kita mengingat lebih lama apa yang kita baca.

Dengan menulis, kita mematri segala informasi yang kta peroleh. Kita memprogram pikiran bawah sadar kita dengan informasi-informasi yang kita tuliskan. Programlah pikiran bawah sadar Anda dengan baik. Menulislah untuk menyebar kebaikan pada sesama. Menulislah untuk menjadikan diri Anda sebagai pribadi yang lebih baik dan bermanfaat. (//_n)

NB:
Tulisan ini hanya saran, masukan, nasihat, yang tidak saya paksakan untuk dipatuhi dan diikuti, apalagi disebarluaskan. Saya pun menulis ini untuk memprogram pikiran bawah sadar saya agar lebih kritis dan mengasah kemampuan olah kata saya saat menulis. jadi, sekali lagi, biar saya nggak dibilang munafik, saya hanya menulis ini sebagai sebuah masukan dan saran yang boleh Anda patuhi, boleh juga tidak. Toh saya juga masih belajar untuk berlaku sebagaimana tulisan di atas. Mari membaca, mari belajar, dan mari menulis.