Subscribe:

Labels

Thursday 21 May 2015

Tentang Serotonin

Bagi saya pribadi, menulis dapat memberikan efek psikis yang menenangkan. Ide-ide dan informasi yang berkecamuk di otak saya dapat tersalurkan dengan menulis. Beban di otak saya berkurang. Pikiran serasa lebih plong. Efeknya sama dengan zat serotonin di otak. Dari sini kita akan membahas secara singkat tentang serotonin. Singkat saja ya, karena saya bukan lulusan fakultas kedokteran.

Serotonin adalah sebuah monoamine neurotransmitter di tubuh kita. Zat ini merupakan zat yang turut berperan memunculkan perasaan bahagia. Karena itu serotonin sering disebut “hormon kebahagiaan” (meskipun faktanya serotonin bukanlah hormon).

Sekitar 80 persen serotonin dalam tubuh manusia terdapat pada sel enterochromaffin di usus yang mengatur gerakan usus. Sisanya 20 persen disintesis dalam neuron sterotonergik dalam sistem saraf pusat di mana serotonin memiliki banyak fungsi. Fungsi tersebut di antaranya mengatur mood, nafsu makan, tidur, serta kontraksi otot.

Terkadang, kadar serotonin dalam tubuh manusia menurun, misalnya dalam kondisi stres. Pada kondisi tersebut, penurunan serotonin mengakibatkan depresi ringan hingga sedang. Indikasi penurunan kadar serotonin di otak antara lain: mengalami kesulitan berkonsentrasi, tugas kecil tampak seperti tugas yang sangat besar, kelelahan kronis, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, dan kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial.

Lalu apa hubungannya dengan menulis? Seperti yang saya utarakan di pembuka tulisan ini, menulis bagi saya dapat memberikan efek menenangkan. Anggap saja adar serotonin saya bertambah dengan menulis. Untung kan? Lagipula, mempunyai otak yang berlumutan ide membutuhkan penanganan segera. Jika ide dan kreativitas kita tidak biasa diasah, maka alangkah mubazirnya Tuhan menciptakan keduanya sebagai anugerah.