Bagi saya pribadi, menulis dapat
memberikan efek psikis yang menenangkan. Ide-ide dan informasi yang berkecamuk
di otak saya dapat tersalurkan dengan menulis. Beban di otak saya berkurang.
Pikiran serasa lebih plong. Efeknya sama dengan zat serotonin di otak. Dari
sini kita akan membahas secara singkat tentang serotonin. Singkat saja ya,
karena saya bukan lulusan fakultas kedokteran.
Serotonin adalah sebuah monoamine neurotransmitter di tubuh
kita. Zat ini merupakan zat yang turut berperan memunculkan perasaan bahagia.
Karena itu serotonin sering disebut “hormon kebahagiaan” (meskipun faktanya
serotonin bukanlah hormon).
Sekitar 80 persen serotonin dalam
tubuh manusia terdapat pada sel enterochromaffin
di usus yang mengatur gerakan usus. Sisanya 20 persen disintesis dalam
neuron sterotonergik dalam sistem saraf pusat di mana serotonin memiliki banyak
fungsi. Fungsi tersebut di antaranya mengatur mood, nafsu makan, tidur, serta
kontraksi otot.
Terkadang, kadar serotonin dalam
tubuh manusia menurun, misalnya dalam kondisi stres. Pada kondisi tersebut,
penurunan serotonin mengakibatkan depresi ringan hingga sedang. Indikasi
penurunan kadar serotonin di otak antara lain: mengalami kesulitan
berkonsentrasi, tugas kecil tampak seperti tugas yang sangat besar, kelelahan
kronis, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, dan kecenderungan menarik diri
dari lingkungan sosial.