Subscribe:

Labels

Thursday 4 June 2015

Dilema Memakai Software dan OS Bajakan

Setelah sekian lama berkecimpung dengan software bajakan, sepekan yang lalu saya mencoba untuk mencicil memakai software asli. Tidak ter-updatenya blog ini juga salah satunya dikarenakan laptop saya tengah diinstal ulang. Hal ini bermula dari kegelisahan saya yang selama ini memakai OS dan software bajakan. Saya pun mulai mempertanyakan barokah rezeki saya di masa mendatang. Akankah saya memakai produk bajakan selamanya? Lantas bagaimana dengan ke-halal-an uang yang saya dapat dari produk bajakan ini? Bisakah saya mempertanggungjawabkan perkara ini untuk menjawab pertanyaan-Nya: “Hartamu kau dapatkan dari mana dan kau belanjakan untuk apa?

Cukup. Saya rasa saya sudah berlebihan dalam menyikapi hal ini. Pertentangan batin yang saya alami sudah mencapai titik nadir. Saya memilih untuk memakai pilihan teraman. Saya putuskan untuk memakai ‘tabungan’ yang sebenarnya mau saya pakai mencicil modal nikah. Berat sekali pilihannya. Tapi berhubung calonnya juga belum ada, ya saya pakai saja. Why not? Kalau nggak sekarang kapan lagi—pikir saya.

Saya pun mem-purchase dua software sekaligus, OS W*nd*ws 8.1 dan Off*ce 2013 Home and Student. Untuk kedua piranti lunak tersebut saya harus merogoh ‘tabungan’ hingga 2juta lebih (hampir 3 juta). Gila! Ini adalah rekor pembayaran cash saya. Untuk SPP kuliah saya dulu, per semester hanya 1,5 juta-an. Dan saya harus merelakan sebagian (bisa dikatakan separuh) modal nikah saya hanya demi sebuah lisensi (baca: “akal-akalan Micr*s*ft”). Bayangkan, hanya demi sebuah status ASLI saya harus mengorbankan sesuatu yang bagi kebanyakan orang jauh lebih penting. Siapa orang yang cukup ‘bodoh’ membayar (baca: membuang) jutaan rupiah hanya demi sebuah lisensi????!!!!

Awalnya berat bagi saya untuk memutuskan membeli lisensi ‘Jendela’ yang asli. Tapi setelah terang-terangan saya terbukti memakai ‘OS Jendela’ bajakan, saya merasa tak enak. Sungguh. Terlebih dengan adanya pertentangan batin seperti yang saya tulis di awal tulisan ini. Saya telah menelusuri banyak situs dan blog yang membahas perihal software dan OS bajakan. Dari teknisi komputer maupun rubrik konsultasi ustadz semua saya jelajahi. Kesimpulannya?

Saya tidak mengatakan halal dan haram, lho ya. Saya tidak berkapasitas memberi fatwa. Saya hanya menyoroti ini dari sisi etika. Bahwa apapun alasannya, membajak suatu produk sulit mendapat pembenaran.

Bayangkan, kita sudah membuat suatu produk X dengan jerih payah sendiri. Kita bekerja bertahun-tahun menciptakan produk itu melalui ribuan kali uji coba. Kemudian setelah produk X dipatenkan, kita menjualnya ke pasar dengan harga tertentu sebagai imbal jasa atas usaha pembuatan produk tersebut. Selang seminggu kemudian, tetangga dari kampung sebelah juga menjual produk yang sama persis dengan produk X yang kita buat—hanya namanya saja yang sedikit berbeda, katakanlah produk KaWe. Dan semua itu berjalan tanpa seizin kita. Bagaimana perasaan kita selaku pembuat produk X asli? Marah, tentu saja. Kesal, karena jerih payah kita bertahun-tahun membuat produk X malah disalahgunakan tanpa izin oleh pihak lain.

Itu hanya gambaran awal, kenapa pembajakan dikatakan tidak etis. Kalau mau jujur, nurani kita pasti mengiyakan bahwa pembajakan adalah sesuatu yang tidak baik. Tapi kemudian sisi lain dari diri kita mencoba ngeles: “Lah, ini program penting banget buat kerjaan saya. Saya nggak bisa kerja kalo nggak punya program ini. Kalo saya mau beli mana sanggup. Mahal. Sementara mbajak dulu aja. Toh yang punya sudah tajir tujuh turunan.”

Ya, saya sendiri sangat mafhum betapa sistem operasi ‘Jendela’ sudah menggurita di negara ini. Di rumah, di sekolah, di kampus, di kantor-kantor (termasuk di kantor yang sering mengadakan razia), OS ‘Jendela’ selalu menjadi pilihan pertama. Sayangnya, hanya segelintir saja yang memakai produk asli. Sisanya terjerembab dalam lingkaran setan pembajakan. Kalau ada yang mengatakan negara kita termasuk ke dalam 10 negara dengan tingkat pembajakan software tertinggi, saya bisa memakluminya. Yang sulit saya mengerti adalah mengapa ketika nurani sudah berkata “Pembajakan itu tidak baik, melanggar hukum, berdosa” diri kita tidak tersentil sedikit pun untuk mencari solusinya? Alih-alih pembajakan makin marak dilakukan tanpa sedikit pun rasa bersalah.

Mengapa pemerintah tidak mencoba mengembangkan sistem operasi berbasis open source seperti L*nux misalnya. Kenapa pula kurikulum pendidikan seakan-akan memaksa siswa untuk ‘hanya’ menguasai sistem operasi ‘Jendela’ ? Padahal kita tahu sendiri sistem operasi ini sangat mahal. Dan membajaknya adalah satu-satunya jalan bila tetap ngotot ingin memakainya. Bukankan ini sama saja dengan sikap menyerah pada keadaan?

Saya tidak menghakimi mereka yang memakai software bajakan. Saya menulis ini karena saya menyadari selama ini saya telah menjadi ‘korban sistem’. Sistem yang monopolistis dan tidak berpihak pada ekonomi masyarakat kita pada umumnya. Saya hanya beruntung karena memiliki dukungan finansial untuk mendapatkan OS ‘Jendela’ asli. Bila saya adalah mahasiswa yang sering menahan lapar setiap akhir bulan, saya tak akan berpikir untuk membeli OS tersebut. Alih-alih uangnya akan saya belanjakan untuk membeli berpak-pak mi instan. Cukup untuk cadangan logistik di tempat kos selama dua semester.

Saya tidak bisa menyarankan jalan keluar apapun untuk masalah ini. Saya pasti akan dicerca habis-habisan jika menggalakkan kampanye memakai sistem operasi ataupun software asli. Faktanya, masih ada jutaan pengguna komputer yang terjebak dalam dilema pemakaian software bajakan. Satu dua dari mereka juga merasakan kegelisahan yang sama seperti saya. Khawatir kalau-kalau warnetnya terkena razia BSA. Gelisah kalau-kalau polisi menutup tempat usahanya dengan dalih pelanggaran hak cipta. Juga berharap-harap cemas apakah Tuhan akan menghukumnya atas rezeki yang diperoleh dari produk bajakan?

Dengan segala keterbatasan saya, saya sangat berharap ada pihak-pihak yang kompeten dalam masalah ini untuk memberi solusi. Dan saya akan sangat berterima kasih untuk setiap pihak yang tengah gencar melakukan gerakan GO open source. Saya akan dengan senang hati menerimanya sebagai upaya pembaruan dan pengentasan massal dari monopoli OS ‘Jendela’ dan software bajakan lainnya. Insya Allah.

0 comments:

Post a Comment