Setelah
sekian lama berkecimpung dengan software bajakan, sepekan yang lalu saya
mencoba untuk mencicil memakai software asli. Tidak ter-updatenya blog ini juga
salah satunya dikarenakan laptop saya tengah diinstal ulang. Hal ini bermula
dari kegelisahan saya yang selama ini memakai OS dan software bajakan. Saya pun mulai mempertanyakan barokah rezeki saya
di masa mendatang. Akankah saya memakai produk bajakan selamanya? Lantas
bagaimana dengan ke-halal-an uang yang saya dapat dari produk bajakan ini?
Bisakah saya mempertanggungjawabkan perkara ini untuk menjawab pertanyaan-Nya:
“Hartamu kau dapatkan dari mana dan kau belanjakan untuk apa?”
Cukup. Saya
rasa saya sudah berlebihan dalam menyikapi hal ini. Pertentangan batin yang
saya alami sudah mencapai titik nadir. Saya memilih untuk memakai pilihan
teraman. Saya putuskan untuk memakai ‘tabungan’ yang sebenarnya mau saya pakai
mencicil modal nikah. Berat sekali pilihannya. Tapi berhubung calonnya juga
belum ada, ya saya pakai saja. Why not? Kalau
nggak sekarang kapan lagi—pikir saya.
Saya pun mem-purchase dua software sekaligus, OS
W*nd*ws 8.1 dan Off*ce 2013 Home and
Student. Untuk kedua piranti lunak tersebut saya harus merogoh ‘tabungan’
hingga 2juta lebih (hampir 3 juta). Gila! Ini adalah rekor pembayaran cash saya. Untuk SPP kuliah saya dulu,
per semester hanya 1,5 juta-an. Dan saya harus merelakan sebagian (bisa
dikatakan separuh) modal nikah saya hanya demi sebuah lisensi (baca:
“akal-akalan Micr*s*ft”). Bayangkan, hanya demi sebuah status ASLI saya harus mengorbankan
sesuatu yang bagi kebanyakan orang jauh lebih penting. Siapa orang yang cukup
‘bodoh’ membayar (baca: membuang) jutaan rupiah hanya demi sebuah
lisensi????!!!!
Awalnya berat
bagi saya untuk memutuskan membeli lisensi ‘Jendela’ yang asli. Tapi setelah
terang-terangan saya terbukti memakai ‘OS Jendela’ bajakan, saya merasa tak
enak. Sungguh. Terlebih dengan adanya pertentangan batin seperti yang saya
tulis di awal tulisan ini. Saya telah menelusuri banyak situs dan blog yang
membahas perihal software dan OS bajakan. Dari teknisi komputer maupun rubrik konsultasi
ustadz semua saya jelajahi. Kesimpulannya?
Saya tidak
mengatakan halal dan haram, lho ya. Saya tidak berkapasitas memberi fatwa. Saya
hanya menyoroti ini dari sisi etika. Bahwa apapun alasannya, membajak suatu
produk sulit mendapat pembenaran.
Bayangkan,
kita sudah membuat suatu produk X dengan jerih payah
sendiri. Kita bekerja bertahun-tahun menciptakan produk itu melalui ribuan kali
uji coba. Kemudian setelah produk X dipatenkan, kita menjualnya
ke pasar dengan harga tertentu sebagai imbal jasa atas usaha pembuatan produk
tersebut. Selang seminggu kemudian, tetangga dari kampung sebelah juga menjual
produk yang sama persis dengan produk X yang kita buat—hanya
namanya saja yang sedikit berbeda, katakanlah produk KaWe. Dan semua
itu berjalan tanpa seizin kita. Bagaimana perasaan kita selaku pembuat produk
X asli? Marah, tentu saja. Kesal, karena jerih payah kita bertahun-tahun
membuat produk X malah disalahgunakan tanpa izin oleh pihak lain.
Itu hanya
gambaran awal, kenapa pembajakan dikatakan tidak etis. Kalau mau jujur, nurani kita
pasti mengiyakan bahwa pembajakan adalah sesuatu yang tidak baik. Tapi kemudian
sisi lain dari diri kita mencoba ngeles: “Lah,
ini program penting banget buat kerjaan saya. Saya nggak bisa kerja kalo nggak
punya program ini. Kalo saya mau beli mana sanggup. Mahal. Sementara mbajak
dulu aja. Toh yang punya sudah tajir tujuh turunan.”
Ya, saya
sendiri sangat mafhum betapa sistem operasi ‘Jendela’ sudah menggurita di
negara ini. Di rumah, di sekolah, di kampus, di kantor-kantor (termasuk di
kantor yang sering mengadakan razia), OS ‘Jendela’ selalu menjadi pilihan
pertama. Sayangnya, hanya segelintir saja yang memakai produk asli. Sisanya
terjerembab dalam lingkaran setan pembajakan. Kalau ada yang mengatakan negara
kita termasuk ke dalam 10 negara dengan tingkat pembajakan software tertinggi,
saya bisa memakluminya. Yang sulit saya mengerti adalah mengapa ketika nurani sudah
berkata “Pembajakan itu tidak baik,
melanggar hukum, berdosa” diri kita tidak tersentil sedikit pun untuk
mencari solusinya? Alih-alih pembajakan makin marak dilakukan tanpa sedikit pun rasa bersalah.
Mengapa
pemerintah tidak mencoba mengembangkan sistem operasi berbasis open source seperti L*nux misalnya.
Kenapa pula kurikulum pendidikan seakan-akan memaksa siswa untuk ‘hanya’
menguasai sistem operasi ‘Jendela’ ? Padahal kita tahu sendiri sistem operasi
ini sangat mahal. Dan membajaknya adalah satu-satunya jalan bila tetap ngotot
ingin memakainya. Bukankan ini sama saja dengan sikap menyerah pada keadaan?
Saya tidak
menghakimi mereka yang memakai software bajakan. Saya menulis ini karena saya
menyadari selama ini saya telah menjadi ‘korban sistem’. Sistem yang
monopolistis dan tidak berpihak pada ekonomi masyarakat kita pada umumnya. Saya
hanya beruntung
karena memiliki dukungan finansial untuk mendapatkan OS ‘Jendela’ asli. Bila
saya adalah mahasiswa yang sering menahan lapar setiap akhir bulan, saya tak
akan berpikir untuk membeli OS tersebut. Alih-alih uangnya akan saya belanjakan
untuk membeli berpak-pak mi instan. Cukup untuk cadangan logistik di tempat kos
selama dua semester.
Saya tidak
bisa menyarankan jalan keluar apapun untuk masalah ini. Saya pasti akan dicerca
habis-habisan jika menggalakkan kampanye memakai sistem operasi ataupun
software asli. Faktanya, masih ada jutaan pengguna komputer yang terjebak dalam
dilema pemakaian software bajakan. Satu dua dari mereka juga merasakan
kegelisahan yang sama seperti saya. Khawatir kalau-kalau warnetnya terkena
razia BSA. Gelisah kalau-kalau polisi menutup tempat usahanya dengan dalih
pelanggaran hak cipta. Juga berharap-harap cemas apakah Tuhan akan menghukumnya
atas rezeki yang diperoleh dari produk bajakan?
Dengan segala keterbatasan saya, saya sangat berharap ada pihak-pihak yang kompeten dalam masalah ini untuk memberi solusi. Dan saya akan sangat berterima kasih untuk setiap pihak yang tengah gencar melakukan gerakan GO open source. Saya akan dengan senang hati menerimanya sebagai upaya pembaruan dan pengentasan massal dari monopoli OS ‘Jendela’ dan software bajakan lainnya. Insya Allah.
Dengan segala keterbatasan saya, saya sangat berharap ada pihak-pihak yang kompeten dalam masalah ini untuk memberi solusi. Dan saya akan sangat berterima kasih untuk setiap pihak yang tengah gencar melakukan gerakan GO open source. Saya akan dengan senang hati menerimanya sebagai upaya pembaruan dan pengentasan massal dari monopoli OS ‘Jendela’ dan software bajakan lainnya. Insya Allah.
0 comments:
Post a Comment