. . .
Prolog *
Suatu hari, seorang ABG
nyasar ke blog saya. Dia mendapati konten blog saya tidak wajar. ABG itu banyak
bertanya tentang blog ini. Agar tidak salah paham, saya merasa perlu menjawab
pertanyaan-pertanyaannya. Saya tuliskan di sini untuk kalian yang mungkin juga
memiliki pertanyaan yang sama.
*
* *
1. Barusan saya
blogwalking terus nemu blog ini. Sebenernya, ini blog apaan?
Singkatnya, genre blog
saya ini gado-gado. Ibarat kamu dulu sekolah cuma bawa satu buku. Buku itu kamu
pakai nulis pelajaran matematika, fisika, kimia, bahasa, geografi, santet,
sampai pertahanan terhadap ilmu hitam. Blog ini juga begitu. Saat saya sedang
‘waras,’ saya akan menulis tentang hal-hal yang bisa menginspirasi orang lain.
Jika saya mengalami peristiwa berkesan, saya akan menulis cerita tentangnya.
Jika saya sedang mendapat ide dari membaca buku, saya akan menuliskannya juga.
Sesimpel itu, tergantung mood.
2. Bisa Anda
ceritakan saat pertama kali membuat blog ini?
Perlu kamu tahu, blog ini
awalnya saya buat untuk ‘pelampiasan’ ketika saya mengerjakan
skripsi. Saat itu, saya sering kesulitan untuk
fokus dalam menulis. Saya terlalu banyak memikirkan hal-hal
kecil yang sebenarnya tidak perlu saya pikirkan dalam-dalam. Jangan heran jika
banyak tulisan saya di tahun 2014 yang tata bahasanya acak-acakan, salah ketik
di sana sini, dan pilihan katanya amburadul. Semua itu tidak lain karena saya
masih menulis dengan emosi, tanpa editing, dan hanya berprinsip yang penting
beban pikiran saya terlampiaskan. Beruntung, untuk saat ini hal semacam itu
sudah banyak berkurang—berkat jasa blog ini.
3. Jadi ini bukan
personal blog ya?
Tentu saja bukan. Setelah
urusan dengan tetek-bengek skripsi selesai, saya memang mulai memikirkan blog
ini akan dibawa ke mana. Jika saya memilih menjadikan blog ini sebagai personal
blog, saya malah inferior karena saya tidak punya cukup amunisi membuat cerita
komedi. Hidup saya miskin drama dan tidak banyak hal yang bisa saya tertawakan
dari pengalaman sehari-hari. Saya juga enggan menulis satu topik yang spesifik,
seperti fotografi, desain grafis, komputer, atau semacamnya. Saya paling malas
membuat tulisan how to terus-terusan.
4. Jadi, apa yang
Anda tulis di blog ini?
Apapun. Saya menulis
apapun terutama yang sekiranya bisa bermanfaat untuk orang lain. Saya mengikuti
prinsip novelis favorit saya: “Tulislah apa yang HARUS dibaca orang, bukan apa
yang INGIN dibaca orang.”
5. Kenapa Anda tidak
pernah memakai sebutan lo, gue di blog Anda? Bukankah itu terdengar lebih
akrab?
Untuk sebagian orang,
memang iya. Tapi dalam standar etika saya, memakai lo, gue, itu kurang sopan.
Kebetulan saya orang Jawa. Saya terbiasa dengan hierarki kata. Misalnya,
menyebut kowe (kamu) untuk orang yang lebih tua itu kurang sopan. Akan lebih
baik jika kata kowe diganti menjadi panjenengan.
6. Kenapa namanya Hatake Niwa? Seperti nama Jepang, tapi malah tidak ada konten Jepang di sini.
Saya pernah menuliskan
tentang itu di sini.
Jadi saya hanya sembarang membuat nama, hasil dari menghubung-hubungkan dan menyortir
nama panjang saya. Jadi nama saya tidak ada kaitannya dengan budaya Jepang sama
sekali. Lagipula, blog yang membahas budaya Jepang sudah terlalu banyak.
7. Kalau boleh saya tahu, kenapa jarang sekali memposting ‘blue material? ’ Artikel-artikel Anda sepertinya “main aman,” dan terlalu sopan.
Tergantung sih, blue
material seperti apa. Blue material jika ditujukan untuk penjelasan ilmiah bisa
bermanfaat. Misalnya, jika saya merasa perlu menulis tentang (maaf) kondom.
Boleh jadi saya akan lebih tertarik untuk menulis tentang dampak kondom yang
dijual bebas bagi para remaja. Saya ragu jika menulis sesuatu yang ‘nyeleneh ’
seperti cara memakai kondom atau pengalaman pertama memakai kondom. Itu sangat
beresiko dan bisa ditafsirkan lain oleh pembaca yang belum cukup dewasa.
Apalagi, blog saya tidak memakai label “adult content.”
8. Wah, kalau begitu blog ini membosankan sekali ya?
Ya, tergantung penilaian
dan selera masing-masing orang. Sekali lagi, saya ingin menulis apa yang harus
dibaca orang. Saya takut jika tulisan saya disalahartikan. Tulisan semacam itu
bisa berbahaya sekali.
9. Maksudnya?
Misalnya kenapa di blog
ini saya jarang menulis tentang tips-tips kencan, cara cepat dapat pacar, atau
topik-topik lain seputar pacaran? Itu tidak lain karena saya tidak mau
‘memotivasi’ pembaca saya untuk pacaran. Ilustrasinya begini: katakanlah saya
menulis tentang “tips cepat dapat pacar.” Suatu kali ada pembaca saya—sebut
saja Neneng—yang mempraktekkan tips dari blog saya sampai akhirnya dia beneran
dapat pacar. Satu dua tahun Neneng awet dengan pacarnya, sampai kemudian Neneng
terlibat masalah pelik. Suatu malam pacarnya khilaf, Neneng kedapatan hamil,
kemudian DO dari sekolah.
10. Lha itu kan salah pembacanya yang tidak cerdas.
Iya, tapi poinnya bukan di
situ. Saya merasa ikut bertanggung jawab karena tulisan saya mendorong Neneng
untuk pacaran. Secara tidak langsung, saya manas-manasin dia untuk pacaran.
Padahal kita tahu, resiko pacaran tidak hanya putus, sakit hati, nyeseg, galau,
tapi juga resiko lain yang jauh lebih gawat seperti hamil di luar nikah sampai
keinginan untuk bunuh diri. Itu berbahaya sekali. Karenanya, saya tidak mau
kena “dosa turunan” gara-gara menyarankan sesuatu yang banyak resikonya—seperti
pacaran—kepada pembaca blog saya.
11. Saya malah tidak pernah berpikir sejauh itu.
Makanya ada baiknya kamu
mulai memikirkannya. Masak ngeblog cuma sekedar posting nananina, judul heboh,
konten wah, foto vulgar, bahasa kocak, tapi itu semua dibuat cuma demi mengejar
traffict ? Pikirkan juga dampak negatif yang mungkin timbul akibat tulisan
kita.
12. Ya, itu masukan buatku. Ngomong-ngomong kalau begitu terus, bukannya blogmu bisa sepi? Apalagi nggak ada hiasan apa-apa di sini?
Nggak apa-apa sepi. Sebisa
mungkin saya akan belajar membuat tulisan yang (semoga) bermanfaat bagi orang
lain. Kalau soal tampilan saya tidak mau ambil pusing. Saya pilih yang simpel
saja. Toh saya juga jarang memposting gambar di blog. Loading blog jadi lebih
ringan dan tidak banyak memakan kuota internet pengunjungnya.
13. Jadi begitu ya.
Saya sependapat denganmu soal itu. Ngomong-ngomong saya sudah terlalu lama
ngobrol dengan Anda. Perbincangan kita cukupkan sampai di sini saja dulu. Nuhun
informasi dan sharing-nya. Saya mau lanjut blogwalking . Kapan-kapan tak dolan
ke sini lagi.
Oke, terima kasih sudah
berkunjung ke blog saya. Hati-hati, banyak blog nggak jelas di luar sana.
14. Haha…bukannya blogmu sendiri juga nggak jelas?
Makanya, baca dulu dong
keterangannya. Yang punya blog ini kan ingin “menyesatkan pembacanya ke jalan
yang lurus!”
NB:
* obrolan di atas murni
fiktif—untuk memudahkan pembaca memahami konteks tulisan, bukan untuk
tipu-tipu. Jika ada kesamaan nama atau kejadian, mungkin karena kita berjodoh
!?
6 comments:
Wah aku blum mudeng istilah blue material
Betewe bisa aja ni penulisannya fibikin tanya jawab
Wah aku blum mudeng istilah blue material
Betewe bisa aja ni penulisannya fibikin tanya jawab
Kirain beneran ada yg nanya
Oh jadi ini blog gado2
Bang bungkus ya gado2nya satu aja tapi yg pedes
Yg pedesnya jgn pake cabe bang
@gustyanita:
"blue material" mungkin semacam tulisan yang topiknya mengarah ke hal-hal berbau sensual, tau setidaknya bisa memancing imajinasi pembacanya ke arah itu. saya ragu menuliskannya langsung di sini.
@niki:
aduh, harga cabe sekarang mahal bang. pedesnya dikit aja ya. pakai lontong atau nasi? dibungkus kertas atau dibungkus cinta?
lha kirain beneran, bisa aja bikinya.
hemm.. hahaa aku pun punya blog walau masih baru juga campur-campur isinya gak jelas.
@adi:
mungkin ketidakjelasan itu yang nantinya akan semakin memperjelas sesuatu yang masih kurang jelas karena semuanya memang butuh penjelasan. mungkin begitu. keep update aja blognya Bang Adi, udah saya follow, tinggal nunggu postingan terbaru panjenengan
Post a Comment