Subscribe:

Labels

Friday 5 February 2016

Membahas Cinta dan Tetek Bengek Perasaan Lainnya


Begitulah hakikat urusan perasaan,
ia tidak akan pernah menjadi cerita yang selesai ditulis,  apalagi dibicarakan.
(Hatake Niwa)

Sejak saya mulai menggunakan internet secara intens (sekitar tahun 2008), saya sering menjumpai realitas bahwa topik-topik tentang asmara dan tetek-bengek percintaan selalu ramai dibicarakan. Setiap posting, tweet, atau update status yang membahas topik itu akan segera dibanjiri komentar, likes, atau di-retweet oleh pembacanya. Apalagi jika topik tersebut ditulis oleh artis, novelis, atau orang ternama lainnya yang memiliki ribuan followers. Dalam hitungan menit, konten itu akan segera menjadi viral di dunia maya.

Sebagai contoh di Facebook, saya kerap menyimak tulisan-tulisan seorang novelis dengan nama pena “Darwis Tere Liye” melalui fanspage-nya. Fanspage Tere Liye masuk dalam top list yang hampir selalu saya kepo setiap kali membuka facebook. Tulisan-tulisannya banyak berbicara tentang etika pergaulan, cinta, perilaku remaja, dan liku-liku kehidupan sehingga sering menohok anak muda dan remaja tanggung hilang arah (seperti saya). Secara khusus, topik-topik tentang cinta dan urusan perasaan yang ditulis Tere Liye di fanspage-nya selalu mendapat perhatian lebih dari pembacanya. Hanya dalam hitungan menit, jumlah likes, share, dan komentar dari pembaca akan melesat.

Hal ini juga pernah saya alami ketika saya menulis tentang konsep “relativitas jodoh” di forum Kaskus. Selang sehari setelah saya posting, tulisan saya mulai ramai ditanggapi para Kaskuser. Apalagi ternyata tulisan saya sempat menjadi Hot Thread. Gara-gara itu pula konsepsi “relaitvitas jodoh” yang sebetulnya hanya istilah hasil reka-reka saya, menjadi viral tersendiri di dunia maya. Padahal saya menulis thread itu dengan emosional dan bahasa yang sempat carut-marut. Kok bisa-bisanya tulisan semacam itu malah ramai dibicarakan orang? Entahlah, boleh jadi kegelisahan saya tentang urusanpercintaan selama ini adalah kegelisahan yang sama yang dirasakan orang-orang kebanyakan.

Lantas kenapa? Apakah milyaran umat manusia di bumi selalu galau setiap harinya? Apakah sudah sedemikian parahkah kasus orang-orang patah hati di planet ini?

Boleh jadi memang demikian adanya. Jika kalian mampir ke toko buku, coba tengok deretan buku yang dipajang di rak best seller. Setidaknya selalu ada satu buku (novel) bergenre romance di sana—selain buku-buku tentang “cara cepat kaya” tentunya. Tidak mengherankan jika banyak novelis yang mengangkat topik percintaan sebagai fokus konflik atau sekedar menjadi bumbu penyedap agar plot cerita lebih menarik. Itu sendiri sudah menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap produk-produk bertemakan cinta tidak pernah surut. Tidak mengherankan jika para kapitalis memanfaatkan bulan Februari ini untuk mengeruk untung besar dengan propaganda Valetine’s Day.

Jika dikaitkan dengan urusan blog, selama ini saya jarang membahas topik cinta dan tetek bengek urusan perasaan. Boleh jadi karena alasan itulah, trafik blog ini tidak kunjung melesat. Jadi, jangan heran jika di postingan-postingan saya selanjutnya kalian akan lebih sering menemui tulisan tentang percintaan. Semua ini juga karena kalian—para pembaca—yang selalu ingin diberikan cerita-cerita cinta.

Bagaimana tidak? Kalian mudah hanyut setiap kali mendengar lagu-lagu cinta. Itulah kenapa dari jaman Koes Ploes sampai Raisa lahir, lagu-lagu cinta tak pernah selesai dibuat. Begitu juga dengan film-film picisan, kalian tentu lebih suka jika tokoh utamanya terlibat cinta segitiga, tersangkut konflik percintaan akibat perbedaan status, berjuang mempertahankan cinta, dan semua itu (harus) diakhiri dengan ending yang bahagia. Selera kalian menciptakan pangsa pasar tersendiri yang mendorong para pelaku bisnis industri hiburan berlomba mengangkat topik percintaan dan mengemasnya semenarik mungkin.


Jadi, dengan sangat naif saya umumkan—semoga dengan diangkatnya topik-topik percintaan, blog ini akan mulai ramai pengunjung dan populasi manusia galau akan jauh lebih berkurang, alih-alih berkembang biak. Demikian.

0 comments:

Post a Comment