Subscribe:

Labels

Wednesday 29 January 2014

Abaikan Kritik Beranikan Dirimu untuk Berkarya

Menyikapi gejala over-thiking seperti yang saya beberkan di postingan sebelumnya, saya mulai mencoba untuk menulis. Dan malam ini ketika gejala over-thiking saya mulai memuncak, harap dimaklumi kalau saya agak lebay dengan memposting banyak tulisan absurd dan nggak jelas. Sekali lagi, saya ini sedang sakit jiwa, tapi tidak gila. Saya masih sadar sesadar-sadarnya bahwa saya adalah makhluk sosial yang bermoral dan meyakini adanya Tuhan. Waras kan?
Anyway, membiasakan menulis seperti ini tidak mudah ternyata. Saya baru menulis beberapa paragraf saja kok rasanya sudah seperti dibaca ribuan bahkan seakan-akan seisi dunia maya yang sedang online detik ini sedang membaca apa yang sedang saya tulis. Yah, begitulah salah satu derita saya yang over-thinking. Selalu memikirkan pendapat orang lain tentang apa yang saya lakukan. Ini jelas kabar buruk bagi saya. Pasalnya, untuk bis meraih sukses, seseorang harus mulai berani mengambil resiko dengan mengabaikan pendapat miring orang-orang di sekitarnya.
Tentu saja ada banyak orang sukses di dunia ini yang dulu-dulunya sempat dicerca, dimaki, dikritik habis-habisan, ampai-sampai ada yang dicap orang gila. Toh pada akhirnya, kesuksesan orang-orang besar ini membungkam segala kritik pedas yang diterima. Misalnya dalam berbagai kitab suci kita tahu bahwa para utusan-utusan langit senantiasa dicerca oleh kaumnya. Setiap ajakan kebaikan, nasihat, dan teladan perilaku terpuji malah disikapi dengan skeptis dan tiada respek sama sekali. Tapi pada akhirnya para utusan langit ini tetap mampu konsisten menyebarkan kebaikan dan titah Tuhan untuk menerangi kegelapan yang mengungkung manusia menuju zaman pencerahan.
Oke lah kalau contoh saya terlalu jauh. Ambil contoh penemu telpon saja. Siapa? Yup, Alex Gembel, eh Graham bell (hehehe). Terpikir nggak doi bisa menemukan telepon dengan cara apa? Apakah dia pernah membayangkan bahwa apa yang ditemukannya akan berkembang menjadi tablet super canggih dengan teknologi komputer yang serbaguna? Bayangkan bila kita hidup sezaman dengan Graham bell, melihatnya menekuni sesuatu yang pada saat itu tidak lazim ditemui masyarakat umum. Kita pasti akan berpikir “itu orang kok kurang kerjaan banget ya. Bikin…apa namanya, oh ya. Telep ON. assembuh! Wes edan paling!
Pada akhirnya, segala ide-ide yang munkgin terkesan gila dapat memacu semangat para inventor dunia untuk mewujudkan impian-impiannya menjadi kenyataan. Telepon Graham Bell udah jadi. Orang-orang yang tadinya skeptis pada karyanya harus jilat ludah, ikut berbobdong-bondong ngantri dapetin telepon bikinan Graham bell. Itu baru telepon yang sekarang sudah berkembang berlipat-lipat lebih canggih. Semuanya diawali dari ide GILA.
Nah, sebelum tulisan saya kemana-mana karena pikiran saya juga kemana-mana sekarang (tahu kan, gejala over-thinking saya kalo kumat kayak gimana), saya ingin menegaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk memiliki keberanian untuk menyuarakan apa yang kita yakini itu benar. Kita perlu keberanian untuk menghasilkan karya nyata selama apa yang kita buat itu ditujukan untuk kebaikan sesama. Manusia diciptakan dengan tujuan. Makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan harus memiliki tujuan. So, abaikan kritik, abaikan komentar, pertimbangkan masukan yang membangun. Abaikan para skeptic person di sekeliling Anda dan raihlah impian Anda untuk membungkam mereka.
Ini nasihat juga buat saya juga kok. maklum, masih penulis pemula yang terbebani dengan penilaian orang lain. Hehehe (//_n)v piss