“Orang tak akan peduli siapa dirimu. Orang
hanya akan mengingat jasa-jasamu.”
—Hatake Niwa—
Suatu hari Anda tengah menunggui anak Anda menjalani operasi kanker. Biaya
operasi membengkak karena kanker anak Anda cukup parah. Saat itu Anda tidak punya cukup uang untuk
biaya operasi dan pengobatan selanjutnya. Anda sudah tak bisa mencari pinjaman lagi karena Anda sedang di negeri orang—tidak ada sanak famili
terdekat di sana. Di tengah kondisi terjepit, datanglah seorang dermawan dari
antah berantah yang membantu melunasi biaya pengobatan operasi anak Anda. Anda
merasa begitu berterimakasih dan berhutang budi pada dermawan tersebut.
Sebagai manusia, Anda akan selalu teringat
jasa baik dermawan itu. Meski 30 tahun kemudian muka sang dermawan mulai
keruput dan uban membuatnya tak lagi dikenal, Anda akan selalu mengingat bahwa
satu hari Anda pernah dibantu seseorang yang melunasi biaya operasi anak Anda. Sepikun
apapun Anda, jasa baik orang itu akan
selalu membekas. Boleh jadi kita lupa nama-nya, tapi yakinlah jasa-jasa itu akan sulit dilupakan.
Seperti yang saya utarakan di baris pembuka
tulisan ini, pada dasarnya orang akan lebih mudah mengingat jasa-jasa dan budi baik seseorang daripada
‘identitas diri’ seperti nama atau wajah.
Ketika Anda ditanya siapa itu Soekarno, Anda
tahu: “Oh,
dia proklamator kemerdekaan Indonesia.” Ketika
ditanya siapa itu Thomas Alfa Edisson, Anda teringat: “Oh, dia si penemu lampu pijar.” Pun ketika Anda ditanya siapa itu Abdul Syukur?
Anda teringat berita di koran: “Oh, dia
tukang becak baik hati yang rajin menutup lubang-lubang di jalanan kota
Surabaya tanpa bayaran.”
Kebanyakan mereka yang banyak
jasa lebih mudah menjadi terkenal. Tapi sulit mencari tahu hubungan orang
banyak jasa dengan niatan untuk menjadi orang terkenal. Apakah James Watt bersusah
payah membuat mesin uap agar dirinya dicatat di buku sejarah? Boleh jadi tidak.
Apakah Bill Gates membuat Microsoft hanya untuk membuatnya terkenal? Kalau
jawabannya untuk mencari uang mungkin bisa dimengerti. Yang jelas jika
orang-orang besar seperti James Watt dan Bill Gates hanya mengejar status
‘artis’, saya rasa karya-karya mereka akan terhenti sesaat setelah media
ramai-ramai meliputnya. Semuanya tidak lebih dari sekedar—pencitraan.
0 comments:
Post a Comment