Subscribe:

Labels

Monday 29 June 2015

Mahasiswa Salah Jurusan


Sungguh merugi orang yang menyesali masa lalunya yang tidak mungkin kembali dan mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi, hingga ia menyia-nyiakan 
penghidupannya hari ini.
(Hatake Niwa)

Memilih jurusan kuliah bukanlah perkara sepele. Betapa banyak mahasiswa yang setelah diterima di perguruan tinggi malah kecele—menyadari dirinya telah salah memilih jurusan. Akibatnya para mahasiswa yang salah jurusan menjadi kumpulan pesakitan di kampus. Kuliah tidak serius, skripsi terbengkalai, IPK mengkhawatirkan, hingga terancam kena drop out (DO) dari kampusnya.

Bagi mereka yang punya dana melimpah, bisa saja mereka pindah jurusan begitu pendaftaran mahasiswa baru dibuka kembali. Uang masuk puluhan juta yang kadung dibayarkan tak menjadi soal, yang penting bisa pindah jurusan sesuai passion yang diminati. Tapi bagaimana dengan mereka yang kadung salah jurusan tapi tidak memiliki pilihan lain selain menyelesaikan studi di jurusannya yang salah?

Sewaktu saya kuliah, beberapa teman saya sering nyeletuk telah salah memilih jurusan. Mereka tidak bahagia di jurusan yang diambilnya. Sebagian besar karena prospek jurusan yang dinilai tidak cukup bagus untuk mendapat pekerjaan yang layak. Maklum, jurusan saya adalah jurusan pendidikan yang prospek profesinya adalah menjadi tenaga pengajar (guru/dosen). Bukan rahasia lagi jika selama ini gaji guru tidak menjanjikan (kecuali guru yang sudah menjadi PNS dan mendapat sertifikasi beserta tunjangan-tunjangannya).

Bandingkan dengan jurusan-jurusan lain semisal jurusan berlatar kesehatan (perawat, bidan, dokter). Lowongan bagi jurusan-jurusan tadi cukup banyak, sehingga ketika masa studi berakhir lulusan dari jurusan tadi dapat segera terserap lapangan kerja dengan penghasilan yang lumayan (untuk ukuran fresh graduated).

Pertanyaan saya, kalau mereka tahu prospek jurusan pendidikan seperti itu, kenapa tidak segera pindah jurusan saja?

Saya yakin ada ribuan mahasiswa lain yang mengalami nasib serupa—menyesal telah salah memilih jurusan. Sebagian menyesali pilihannya begitu kuliah dijalani. Sebagian lagi menyesal ketika dirinya sudah lulus. Mereka pun terjebak pada penyesalan klise, “Seandainya dulu saya tidak kuliah di jurusan ini, pasti nasib saya lebih baik…”

Penyesalan memang selalu datang belakangan, tidak mungkin penyesalan hadir sebelum suatu peristiwa terjadi. Yang sudah terjadi biarkan terjadi. Keputusan sudah kita ambil. Di antara sekian pilihan, kita sudah memutuskan untuk memilih salah satunya yang kita anggap paling baik. Ketika kita memilih jurusan A, kita pasti sudah mempertimbangkannya masak-masak kenapa kita memilih jurusan itu—kecuali kalau kuliahnya sekedar untuk mencari titel sarjana. Karena pilihan yang kita ambil sudah didasarkan pertimbangan matang, kita pun harus konsekuen dengan segala resikonya. Menyalah-nyalahkan diri sendiri atau merutuk pilihan kita yang telah lalu sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Mahasiswa yang merasa salah jurusan harus tetap mengedepankan rasionalitasnya.

"Manusia tidak bisa pergi melintasi dimensi waktu. Kita hanya bisa bergerak mengikuti dinamika waktu itu sendiri yang bergerak sangat cepat."

Kalau mau jujur, orang yang bisa kuliah itu seharusnya bersyukur. Ada jutaan pelajar yang belum bisa mengenyam bangku perguruan tinggi. Giliran kita yang sudah menjadi mahasiswa malah ribut memikirkan jurusan yang salah pilih. Pikirkan pula bagaimana kedua orangtua kita yang telah bersusah payah membiayai kuliah dengan harapan anak kebanggaannya dapat meraih penghidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Karena itu, saya sangat menyarankan terutama pada adik-adik calon mahasiswa. Pertimbangkan masak-masak jurusan apa yang ingin dipilih. Kenali passion kalian. Dan yang paling penting, jangan cuma ikut-ikutan teman. Dunia kuliah tidak sama dengan dunia sekolah. Kuliah menuntut kemandirian kalian dalam belajar dan belajar membuat keputusan. Nasib kalian ketika kuliah ditentukan oleh pilihan-pilihan yang kalian ambil. Maka berhati-hatilah dalam membuat keputusan.

Bagi kalian yang saat ini sedang menjalani kuliah dan merasa salah jurusan, saya sarankan untuk mempertimbangkan pilihan pindah jurusan (dengan catatan kondisi finansial dan dukungan orangtua memungkinkan). Jika tidak, maka ikhlaslah menjalani kuliah di jurusan itu. Suka atau tidak, pilihan yang tersisa tinggal menjalani kuliah di sana daripada DO (mubazir kan uang yang sudah dibayarkan). Ikuti berbagai kegiatan lain di luar kuliah yang sesuai dengan passion kalian. Dengan begitu setidaknya kalian tetap mendapat pengalaman baru di bidang yang sesuai passion kalian meski bukan dari ruang kuliah.

Dan bagi kalian yang menyesal ketika sudah lulus, maka belajarlah untuk ikhlas dan jangan pernah menyalahkan nasib. Keputusan sudah diambil. Nasib hari ini adalah buah dari keputusan yang kita tanam kemarin. Jangan terlalu terpengaruh oleh orang-orang yang rewel menanyakan: “Kenapa kemarin nggak kuliah di jurusan ini saja…?” Tidak ada gunanya meladeni pertanyaan mereka yang klise yang boleh jadi malah akan menambah penyesalan kita. Lebih baik segera mencari jalan keluar agar hidup kalian tetap survive meski salah jurusan. Jika memungkinkan tidak ada salahnya untuk mendaftar kuliah lagi di jurusan yang sesuai dengan minat kalian. Itu pun kalau urusan finansial tidak bermasalah dan kalian siap menghabiskan bertahun-tahun lagi di bangku kuliah.

Yang jelas pertimbangkanlah setiap pilihan yang kalian ambil dengan kepala dingin. Bijaklah memikirkan semua kemungkinan, peluang, dan resiko dari setiap pilihan. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama. Dan berhentilah menyesali keputusan di masa lalu yang boleh jadi tidak mengenakkanmu. Masa lalu tidak akan berubah dan masa depan kita belum ditulis. Karena kita hidup di hari ini, bukan hari kemarin, bukan juga esok. Maka berikanlah yang terbaik darimu untuk hari ini.

0 comments:

Post a Comment