Subscribe:

Labels

Monday 8 June 2015

Pangeran Tampan dari Kerajaan Timur

Ini cerita lama. Tentang seorang pangeran dari negeri seberang nun jauh di Timur. Alkisah di Kerajaan Timur hiduplah seorang Pangeran yang sangat tampan. Badannya gagah perkasa dan tutur katanya santun, membuatnya menjadi idola gadis-gadis di Kerajaan Timur.

Sayangnya, hati Sang Pangeran terlampau sulit menjatuhkan pilihan. Sebagai satu-satunya pewaris tahta dan putra kebanggaan ayahandanya, Sang Pangeran ingin mencari sesosok wanita yang sempurna sebagai istri. Ayahandanya yang tak lain adalah raja Kerajaan Timur dibuatnya resah. Maka dimintalah Sang Pangeran untuk berkelana mencari calon pendamping hidupnya.

Suatu hari Sang Pangeran tiba di sebuah perkampungan di pinggir sungai. Ia bertemu dengan seorang gadis pembuat mi di sana. Wajahnya cantik dan baik hatinya. Sang Pangeran langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Ia pun memutuskan untuk berkenalan lebih jauh dengan gadis pembuat mi itu. Selang beberapa hari kemudian, Sang Pangeran mengetahui bahwa keluarga gadis pembuat mi itu sangat miskin. Mengetahui status sosialnya yang jauh berbeda, Sang Pangeran memutuskan untuk urung menikahi gadis pembuat mi.

Sang Pangeran melanjutkan perjalanannya hingga tiba di sebuah kota. Di sana ia betemu dengan rombongan pembesar Kerajaan Selatan yang tengah singgah. Sang Pangeran terkesima dengan kecantikan putri pembesar Kerajaan Selatan. Oleh Sang Pangeran, diajaknya gadis itu berkenalan, membincangkan banyak hal, hingga Sang Pangeran jatuh hati pada putri pembesar itu. Sang Pangeran pun membulatkan tekad untuk menikahinya.

Namun sehari kemudian, tersiar kabar bahwa putri pembesar yang ingin dinikahi Sang Pangeran terjatuh dari kereta kuda. Kepalanya terbentur cukup parah hingga menyisakan luka gores di dahi yang tak bisa dihilangkan dengan penawar apapun. Menyadari ada kecacatan pada calon istrinya, Sang Pangeran mengurungkan niatnya menikah. Ia takut menanggung malu bila istrinya kelak digunjingkan karena memiliki ‘cacat’ di dahinya.

Dengan perasaan yang tak menentu, Sang Pangeran beringsut pergi lebih jauh hingga tersesat di dalam hutan. Di sana, Sang Pangeran kehabisan bekal dan akhirnya terjatuh tak sadarkan diri. Ia ditolong oleh seorang saudagar kaya yang kebetulan lewat. Sang Pangeran dirawat di rumah saudagar kaya itu. Di kediaman saudagar kaya itu, Sang Pangeran jatuh hati dengan putri saudagar kaya. Saudagar kaya itu senang melihat keakraban Sang Pangeran dan putrinya. Ia pun berpikir untuk menjodohkan keduanya. Sang Pangeran pun menyanggupinya.

Dibawanya putri saudagar kaya beserta keluarganya menuju kerajaan. Ayahandanya sangat gembira melihat putranya telah menemukan calon pendamping hidup. Persiapan pernikahan pun segera dilakukan. Undangan-undangan disebar ke seluruh penjuru negeri. Hidangan-hidangan terlezat dihidangkan menyambut kerabat yang berdatangan. Gelas-gelas anggur diisi penuh. Dan setiap ruang istana didekorasi seindah dan semewah mungkin.

Namun tepat sehari sebelum pernikahan agung digelar, Sang Pangeran membatalkan niatnya untuk menikahi putri saudagar kaya. Gadis itu dirasa terlalu sering menasehatinya dan banyak menuntut. Sang Pangeran ingin gadis lain yang lebih pengertian dan tahu diri. Ia pun bergegas pergi ke luar Kerajaan Timur dengan harapan akan menemukan gadis lain yang lebih baik.

Malang bagi Sang Pangeran, kendaraan yang ditumpanginya terperosok ke dalam jurang. Sang Pangeran terluka parah. Ketika dirinya ditemukan penggawa kerajaan, wajahnya nyaris tak bisa dikenali. Kulit wajahnya tersayat belukar—meninggalkan bekas luka yang tak bisa dihilangkan. Kedua kaki Sang Pangeran pun lumpuh. Ketampanan yang dulu membuatnya dipuja gadis-gadis Kerajaan Timur kini hilang tak berbekas. Nasib Sang Pangeran berakhir tragis karena tak ada satu pun wanita yang ingin menikahinya hingga akhir hayatnya.


EPILOG:
Selama kau mencari ‘dia’ yang sempurna, maka selamanya tak akan kau dapatkan meski kau tempuh sepanjang negeri. Lebih bijak kau cari ‘dia’ yang senantiasa memperbaiki diri dan berlapang dada ketika kau ajak untuk bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik. Karena itulah hakikat ‘kasih’ yang sebenar-benarnya.

0 comments:

Post a Comment