“Seorang sales memang cerdas,
tapi sebagai konsumen kita harus lebih cerdas!”
(Hatake Niwa)
Saya ini orangnya kepenginan
alias mudah tergiur sesuatu. Saya cenderung tertarik membeli barang yang kemasannya
menarik. Lebih-lebih jika barang itu sedang trend dan sering diiklankan di TV.
Waktu saya bocah, kampung saya sering disatroni sales keliling. Ada sales kompor,
blender, sampai sales bel rumah. Sales-sales itu sangat mahir melakukan
persuasi untuk memikat hati wanita konsumen. Mereka selalu mempamerkan kecanggihan
barang dagangannya. Warga pun antusias menyimak ‘pertunjukan’ si sales—termasuk
saya.
Pernah suatu kali seorang sales blender mampir ke kampung
saya. Karena kepengin blender seperti
punya tetangga, saya merengek minta dibelikan blender. Permintaan saya tidak
dituruti. Saya pun menangis sampai mengejar-ngejar sales blender tadi. Sayangnya,
sales blender itu sudah pergi jauh. Dengan kecewa, saya kembali pulang ke
rumah. Kelak saya akan tahu betapa ‘konyolnya’ perbuatan saya saat itu.
“Pengalaman masa
kecil akan menentukan kepribadian seseorang ketika sudah dewasa.” Tujuh
belas tahun berselang, tabiat ‘konyol’ saya belum sepenuhnya hilang.
* * *
Ceritanya, suatu hari saya kesulitan mencari sabun muka bermerk “Dempul Whitening Foam”
(merk disamarkan demi menghormati brand sabun tersebut). Saya sudah mencari ke mana-mana. Dari toko-toko langganan sampai “maret-maret
berjejaring” yang menjamur di pinggir jalan. Tapi hasilnya nihil. Ada kemungkinan Dempul yang saya cari tidak diproduksi lagi. Saya cukup kecewa karena saya sudah bertahun-tahun 'setia' memakai produk tersebut.
Saya pun memutuskan untuk move on dan memakai jenis Dempul
lain. Saya tertarik pada varian terbarunya
bernama “Dempul Brightening Scrub.” Konon
berdasarkan uji klenik klinis, produk tersebut efektif menambah kadar 'keputihan' (pada wajah) pria. Iklannya sudah tersebar luas dan merambah berbagai
platform media sosial. Akhirnya, dengan
pertimbangan “iklane akeh” (iklannya
banyak), saya pun membeli Dempul Brightening
Scrub.
Saya cukup antusias memakai produk baru tersebut. Saya
memakainya setiap hari dengan harapan kadar ‘keputihan’ wajah saya meningkat. Satu
botol Dempul pun habis—tidak ada masalah.
Pada pemakaian botol kedua satu dua jerawat mulai menggerayangi
dahi dan pipi saya. Usut punya usut, ternyata saya telah salah memilih jenis Dempul.
Seperti yang saya singgung tadi, saya hanya memakai
pertimbangan “iklane akeh” saat
memutuskan memakai Dempul Brightening
Scrub. Padahal, setelah saya telusuri di situs-situs 'perkulitan dan kosmetik,' facial foam dan scrub memiliki beberapa perbedaan.
Keduanya memang berguna untuk membersihkan wajah. Tapi
yang namanya scrub tidaklah cocok untuk dipakai setiap hari. Pemakaian
scrub cukup 3-4 kali saja seminggu. Beda halnya dengan facial foam yang kandungannya lebih ‘lunak’ dan aman dipakai setiap
hari.
Pemakaian scrub setiap hari (seperti yang saya lakukan)
membuat wajah saya ‘terlalu bersih.’ Karena itu, wajah saya malah menjadi rentan
terserang jerawat.
Kasus ini ibarat orang yang menuangkan cairan pemutih
untuk mencuci pakaian berwarna. Selesai dicuci, bukannya jadi bersih, alih-alih
malah warna pakaiannya yang luntur seketika.
Well, di tengah
persaingan bisnis yang gila-gilaan, peranan iklan semakin penting. Tidak jarang
sebuah iklan dipenuhi trik tipu-tipu, semata hanya untuk menarik minat konsumen.
Karena itu, kita selaku konsumen patut berhati-hati. Ingatlah nasihat lama: “teliti dulu sebelum membeli.” Jangan
sampai kalian menjadi “korban iklan” berikutnya!
* * *
Beberapa hari kemudian, saya mencari produk Dempul lain dengan label “Dempul Ice Whitening Foam” (bukan scrub laknat). Untungnya, setelah rutin
memakai produk tersebut, jerawat saya berangsur-angsur sembuh.
Alhamdulillaah.
“Dulu wajah saya berjerawat. Setelah ‘didempul’ dengan Dempul Ice Whitening Foam, jerawat saya malah hilang. Terima kasih klinik Dempul.”
NB:
* Dempul (dalam arti sebenarnya) = bubuk penghalus kayu/kusen pintu dan jendela.
5 comments:
ya ampun ampe nangis-nangis minta blender
tobaaat
terimakasih juga dempul, dempul itu lutut ya?
Wahahaha masa kecilnya anti mainstream nih, anak2 kecil lainnya pengen mainan2 kek tamiya, beyblade, e ini malah pengen blender.
Iya kadang iklan emang nggak sesuai kenyataan sih, contohnya Al yang ada di iklan indomie itu.
Kayaknya lezat banget gitu pas di makan Al, tapi saat gue makan ya biasa aja gitu rasanya, hmmm
Iya salah sabun wajah emang kampret banget, pengalaman banger dan jerawat menyerang dah !! -__-
@Niki :
Dempul itu sejenis bubuk yang dipakai menghaluskan kayu. Ada juga dempul yang khusus untuk menghaluskan bodi mobil (biasa dipakai tukang ketok mejik)
@Bang Azka:
Entah bang, kenapa blender bisa bikin sebegitunya. Maklum, jaman itu belum banyak yang punya blender. Iklan minuman isotonik pas bulan puasa itu juga mengkhawatirkan Bang. Kalo kebanyakan malah ga baik buat tubuh.
Minta blender buat apaan? Hahaha
Ya memang benar, selain memilih iklannya yang banyak kita juga harus memilih yang cocok untuk jenis kulit juga.. :)
@Arum:
cuma kepengin, biar nggak kalah sama tetangga. mungkin 'gengsi' saya mekar terlalu dini sejak bocah
Post a Comment